Langit Terasa Akan Runtuh

Senin, 25 April 2016 – 02:45 WIB
Noviani Danar Kinastri (kiri) bersama suami dan anaknya, almarhum Mohammad Zimmy Al Fachry Roliskana. FOTO: Lombok Post/JPNN.com

jpnn.com - MATARAM - Leukemia atau kanker darah merupakan penyakit mematikan yang biasa menyerang anak. Tidak mudah bagi orang tua menghadapi situasi sulit itu. Dibutuhkan mental baja dan pengorbanan lahir batin untuk menyelamatkan sang anak. Seperti yang dialami Noviani Danar Kinastri. Ini kisahnya?

November 2012 menjadi hari-hari yang kelam bagi Noviani Danar Kinastri. Bak petir di siang bolong. Anak bungsunya, almarhum Mohammad Zimmy Al Fachry Roliskana divonis mengidap penyakit leukemia.

BACA JUGA: Jalasenastri Armatim Borong Juara Lomba Kolintang

”Semua orang tua pasti akan merasakan hal yang sama, langit terasa akan runtuh,” tutur Kikin sapaan akrab wanita ini.

Meski sempat drop, namun secercah harapan terasa menyala di dadanya saat tim medis meyakinan bahwa sang anak bisa sembuh. Sebab anak di bawah 12 tahun yang terkena leukemia masih punya kesempatan untuk selamat.

BACA JUGA: Dian Bakal Melahirkan, Pak Dokter Gembleng Pawang

“Itulah yang bisa menambah semangat kami,” katanya seperti dilansir Lombok Post (Grup JPNN).

Menurutnya, tidak mudah mengobati penyakit kanker darah seperti itu. Zimy kecil tidak bisa bermain seperti teman sejawatnya. Ia harus menjalani hari-hari di ruang kemo selama dua tahun. Sangat berat. Baik dari segi pembiayaan, tenaga juga bagi si anak.

BACA JUGA: Mencari Ikan dengan Cara Menyetrum, Pemuda Ini Pulang Jadi Mayat

“Di situ tempatnya kita benar-benar berjuang lahir batin,” kata Ketua GOW Kota Mataram ini.

Sebagai ibu, Kikin harus menanamkan optimisme pada Zimy bahwa dia bisa sembuh. Mendampingi dan merawatnya dengan baik sehingga tumbuh keyakinan ia bisa sembuh. Hal itu sangat berpengaruh dalam proses penyembuhan.

Selama proses kemo, Zimy termasuk berhasil, dalam arti dia tepat waktu. Tidak menunda protokol kemo, tidak tertunda karena penyakit lain. Atau karena kondisi tubuhnya yang menurun.

“Dia selalu tepat waktu bahkan mendapat remisi. Dari target 119 minggu dia bisa menyelesaikan pada 108 minggu kemonya,” terangnya.

Zimy menjalani perawatan dari tahun 2012 hingga Desember tahun 2014 dia berhasil sembuh, dan bisa bebas dari obat-obatan kemo. Selama itu, Kikin mengambil cuti panjang, secara bertahap dua bulan dan satu tahun. Namun, saat sang buah hati bisa bebas dari kemo, perasaanya sangat lega.

Ia akhirnya mulai masuk kerja kembali sebagai PNS di Kota Mataram. Tapi, awan hitam kembali menyelimuti, Maret 2015. Zimy mulai drop dengan tidak diketahui penyebabnya, sebab sel kanker tidak kambuh. Dan memutuskan akhirnya ke Singapura, di sana itulah Zimy divonis usianya tinggal enam bulan.

”Umurnya tinggal enam bulan, tapi ternyata tidak sampai enam bulan, empat bulan sudah diambil (meninggal),” katanya lirih.

Ketika divonis seperti itu, ia merasa cukup berat. Apalagi saat itu proses Pilkada sedang alot, sehingga sang suami Mohan Roliskana tidak bisa meninggalkan tempat. Saat itu, ia harus menyembunyikan informasi tersebut di hadapan sang anak. Ia juga harus bersikap tegar. Dan terus berusaha meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

”Adek masih kuat insya Allah bisa sembuh atas izin Allah,” kenangnya membujuk sang anak.

Tidak sampai enam bulan, Zimy akhirnya meninggal di usia 7 tahun 10 bulan. Sang buah hati harus pergi untuk selama-lamanya. Sangat berat.

Meski sudah berusaha, berjuang selama bertahun-tahun, namun akhirnya takdir berkata lain. Meski demikian, ia mengaku akhirnya bisa menerima semua musibah dengan lapang dada.

Dengan peristiwa itu, banyak hikmah yang dipetik. Ketika orang tua tahu anaknya mengidap penyakit leukemia, jangan putus asa. Pasti masih ada jalan, dan  harus cepat ditangani.

”Semakin cepat ditangani insya Allah tidak terlambat, dan banyak sebenarnya bisa bertahan,” ungkapnya.

Zimy sendiri memiliki kemungkinan sembuh 80 persen, dan terbukti ia sudah berhasil melewati masa pengobatan selama dua tahun dengan baik. Cuma ia kemungkinan terkena penyakit lain yang membuatnya drop. Sebab selama kemo badannya didera obat-obatan, pasti ada sel lain yang rusak. Termasuk daya tahan tubuhnya.

Jadi ada organ-organ lain yang terganggu, dan itu perlahan fungsinya mulai menurun. ”Akan tetapi pengobatan dengan kemo dua tahun itu berhasil,” tandasnya.(JPG/r6/fri)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sungailiat Triathlon 2016 di Mata Anindya Bakrie


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler