jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Strategi dan Pertahanan Program Studi (Prodi) S-1 Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Lukman Fahmi menyebut kunjungan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ke Ukraina-Rusia sebagai langkah menuju perdamaian.
Lukman juga menilai kunjungan Jokowi itu menginspirasi pemimpin dunia untuk mendorong perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
BACA JUGA: Jokowi Gagal Jalankan Misi Perdamaian? Masinton: Tidak Bisa Langsung Disimpulkan
Meski begitu, dia menilai proses untuk mendamaikan kedua negara memerlukan jalan yang panjang.
Menurut Lukman, membutuhkan waktu dan tidak bisa dilakukan sekejap mata meski Presiden Jokowi berinisiatif mengunjungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
BACA JUGA: Presiden Jokowi Dinilai Layak Dapat Nobel Perdamaian Dunia
“Akan ada jalan panjang menuju perdamaian,” ujar Lukman Fahmi dalam Panggung Demokrasi “Misi Damai Jokowi ke Rusia dan Ukraina” pada Rabu (6/7/2022).
Lebih lanjut, dia mengatakan peran Indonesia menjadi penengah konflik Ukraina dan Rusia tidaklah mudah.
BACA JUGA: Periksa Pasukan Upacara HUT Bhayangkara, Bukan Jenderal yang Mendampingi Jokowi di Atas Mobil, Lihat
Pasalnya, dibutuhkan kepercayaan dari setiap pihak yang berseteru supaya dapat mempercayai Indonesia.
Hal tersebut dikatakan Lukman Fahmi tercermin dari rute perjalanan Presiden Jokowi seusai meninggalkan KTT G7 di Jerman dengan mengunjungi Ukraina terlebih dahulu.
Bagi Lukman Fahmi, lawatan luar negeri Presiden Jokowi ke Ukraina sebelum bertemu Vladimir Putin adalah upaya membangun kepercayaan dari negara ini.
Dia menilai Ukraina belum memiliki banyak kepercayaan ke Indonesia.
“Ukraina belum punya trust lebih seperti (hubungan) Rusia ke Indonesia,” kata Lukman.
Lukman juga mengutarakan kunjungan luar negeri Presiden Jokowi kali ini istimewa. Sebab, eks Wali Kota Solo ini membawa sejumlah topik penting bagi kepentingan domestik dan internasional. Salah satunya adalah humanitarian crisis.
Topik tersebut menjadi bahasan yang penting sebab konflik berkepanjangan antara Ukraina-Rusia membawa kerugian bagi dunia, yaitu terputusnya global supply chain, terutama pasokan gandum.
Masalah tersebut tidak hanya dirasakan oleh negara-negara di Eropa, tetapi juga Indonesia yang masih mengandalkan impor gandum dari Ukraina.
Sejak serangan Rusia ke Ukraina pada akhir Februari lalu, harga gandum dunia meroket.
“Mungkin juga (membahas) supply gandum dan ini menjadi (salah satu) prioritas bagi Pak Jokowi. Saya melihat ada (bahasan) food security karena sebagian besar supply gandum dari Ukraina. Supaya bisa diizinkan untuk diekspor ke beberapa negara,” imbuh Lukman Fahmi, M.Si.
Sementara itu, anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno menilai diplomasi yang dilakukan Presiden Joko Widodo ke Rusia dan Ukraina sebagai sesuatu yang baik. Terlepas hasilnya dari misi diplomasi tersebut, keberanian Presiden Jokowi ke Rusia dan Ukraina patut diacungi jempol.
"Diplomasi Presiden Jokowi adalah bagian untuk melakukan mempercepat perdamaian," terang Dave, Rabu (6/7/2022).
Dave Laksono, sapaan akrabnya, menekankan bahwa perang yang berkelanjutan antara Rusia dan Ukraina akan mengganggu perekonomian dunia. Dari krisis pangan, supply chain, pasokan energi dan itu sangat jelas akan menyusahkan banyak orang dari berbagai belahan negara. Apalagi, belakangan terlihat adanya sikap rasisme mewarnai konflik Ukraina-Rusia.
"Kalau pandangan orang, ada pengamat bilang jangan berharap dan segala macam, memang ini tidak akan mengakhiri perang. Tetapi harus dicatat, ini adalah usaha terbaik yang dilakukan dan itu tidak dilakukan presiden lain," katanya.
Menurut dia, bagaimana banyak negara yang justru 'memperkeruh' suasana perang dengan mengirimkan persenjataan ataupun dukungan terhadap Ukraina. Dan, itu ditekankan Dave tidak akan menyelesaikan masalah.
"Kita datang membawa pesan kemanusiaan, apa yang dibutuhkan masyarakat Ukraina. Itulah yang mestinya negara barat lakukan. Makanya, apa yang sudah presiden buat, ini sudah baik, kita dukung," kata dia.
"Hasilnya? Itu kan suatu proses, enggak bisa dilihat dengan cepat. Enggak bisa dilihat secara instan. Perang ini kan terjadi akibat politik luar negeri yang berkepanjangan,” pungkas Lukman.(fri/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Friederich Batari