jpnn.com, LOMBOK TENGAH - Perajin eceng gondok di Desa Batujai, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah, menyulap bahan alami itu menjadi sendal hotel.
Pembina Kerajinan Desa Batujai, Abdul Sahid mengatakan lahirnya kerajinan enceng gondok karena angka pengangguran di Desa Batujai cukup tinggi. Terutama bagi para lansia dan ibu rumah tangga.
BACA JUGA: Fokus Jadi Perajin Enceng Gondok, Siti Nor Meraup Laba Puluhan Juta Rupiah
Dia pun mencoba memberikan pemahaman bahwa Desa Batujai memiliki potensi yang luar biasa dari eceng gondok.
Sebab, di desa itu ada bendungan terbesar di Lombok Tengah dan dipenuhi dengan eceng gondok.
BACA JUGA: Kelola Limbah dengan Kulit Pisang dan Enceng Gondok
"Desa Batujai ini terdiri dari 19 Dusun, dan dari sana ingin kami berdayakn untuk mengurangi angka pengangguran," ungkap Abdul Said, Jum'at (12/8).
Seiring berjalannya waktu, Abdul mengatakan kini usahanya membina warga berhasil.
BACA JUGA: 25 Truk untuk Angkut Enceng Gondok
Dia pun optimistis potensi dari peluang pasar kerajinan sendalnya itu akan mampu bersaing.
"Masyarakat kami kalau belum ada bukti maka tidak mau mencoba, makanya dicoba di satu dusun saja," ucapnya.
"Tetapi sekarang sudah ada yang mulai dari beberapa dusun yang kita coba berdayakan juga. Walaupaun baru 10 orang," sambungnya.
Said menyebut kerajinan enceng gondok sangat potensial karena berlandasan program zero waste yang digagas oleh pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
"Sesuai dengan program zero waste itu, makanya kami upayakan menggunakan limbah dari eceng gondok yang ada di Bendungan batujai," sebutnya.
Bahkan saat ini, pihaknya sudah mendapatkan tawaran order dari salah satu hotel di Senggigi, Lombok Barat.
Namun, dengan keterbatasan hasil produksi karena peralatan yang dimiliki. Dia belum bisa untuk menyanggupi tawaran tersebut.
"Sekarang sudah ada permintaan dari salah satu hotel di senggigi. Mereka minta 160 pasang sandal sehari.Tapi produksi kita yang masih kurang, karena keterbatasan peralatan," ujarnya.
Saat ini, lanjut dia, proses pembuatan kerajinan tersebut masih memakai cara manuel sehingga hasil produksi juga terpengaruh.
Adapun peralatan yang dibutuhkan saat ini, seperti open pengering, alat pres, dan mesin penjahit.
"Karena proses pengeringan ini yang lama, kalau ada pengering mungkin kami bisa lebih cepat," katanya.
Saat ini Said sangat berharap ada campur tangan dari pemerintah untuk membina perajin agar mampu meningkatkan hasil produksi.
"Belum ada komunikasi dari pemerintah Daerah. Kami nanti akan minta tolong untuk diusulkan di anggaran Desa, agar setiap Dusun akan bisa kita berdayakan," ungkap Said.
Said menambahkan pelaku kerajinan di Desa Batujai baru menghasilkan 25 pasang sendal per harinya.
"Dikarekan tenaga dan peralatan yang dimiliki sangat terbatas," ujar Said.(mcr38/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Edi Suryansyah