Lansia Dihimbau Tidak Berhaji Tahun Ini

Selasa, 18 Juni 2013 – 10:16 WIB
JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) mengeluarkan kebijakan mengejutkan. Mereka menghimbau jamaah haji lanjut usia (lansia) tidak berhaji tahun ini. Sebab kondisi Masjidilharam saat ini jauh dari keadaan normal. Termasuk tidak adanya fasilitas khusus untuk jamaah haji lansia.

Keterangan ini disampaikan Direktur Pelayanan Haji (Diryanhaj) Kemenag Sri Ilham Lubis. Dia menuturkan, pertimbangan utama terkait himbauan ini adalah demi keamanan, kenyamanan, serta keselamatan jamaah sendiri. “Kemenag mengimbau jamaah haji lansia menunda hajinya,” katanya.

Sri Ilham menuturkan, himbauan ini bukan hanya untuk jamaah lansia yang di luar porsi berangkat 2013. Tetapi untuk jamaah haji lansia yang masuk dalam porsi berangkat 2013 juga dihimbau demikian. Dia menuturkan sejumlah fasilitas penting untuk jamaah haji lansia di Masjidilharam saat ini sudah tidak ada lagi. “Kondisi ini terkait dengan renovasi besar-besaran oleh pemerintah Arab Saudi,” tandasnya.

Kemenag memberikan garansi atau jaminan kepada jamaah haji lansia porsi keberangkatan 2013 yang menunda keberangkatannya. Para jamaah yang memilih tidak berangkat itu dijamin pasti berangkat haji tahun depan. Bagi para lansia ini, berhaji tahun depan lebih aman dan nyaman karena lokasi tawaf di Masjidilharam sudah rampung direvonasi.

Dalam kondisi normal, pemerintah Arab Saudi memberikan layanan khusus kepada jamaah haji lansia di kompleks Masjidilharam. Diantaranya adalah lokasi khusus untuk tawaf, dimana para lansia bisa bertawaf menggunakan kursi roda. Ketiadaan fasilitas khusus untuk kursi roda ini, bisa membuat kondisi jamaah haji lansia semakin berisiko tinggi.

Selama ini panitia haji Arab Saudi mengkhususkan jamaah haji lansia untuk tawaf di lantai 2 dan 3 Masjidilharam. Di lokasi ini, panitia membolehkan jamaah haji tawaf menggunakan kursi roda. “Sekarang lokasi ini sudah tidak bisa digunakan, karena ada renovasi,” paparnya.

Sri Ilham menuturkan, persiapan teknis terkait himbauan ini masih sedang dibahas. Termasuk jumlah jamah haji lansia yang berpotensi tidak berhaji tahun ini. “Kalau sudah ada keputusan akan disosialisasikan,” tandasnya.

Selain urusan tempat tawaf yang bisa menggunakan kursi roda tidak ada, faktor daya tampung Masjidilharam secara keseluruhan juga menjadi pertimbangan. Menyusutnya daya tampung Masjidilharam dari sekitar 42 ribu jamaah/jam menjadi hanya 22 ribu jamaah/jam, bisa membuat resiko berdesak-desakan antar jamaah menjadi lebih tinggi. Kondisi ini tentu rawan bagi jamaah haji lansia. 

Pemotongan kuota ini juga berdampak pada jumlah tenaga medis. Pemerintah Indonesia sampai saat ini belum mendapatkan kepastian berapa jumlah atau kuota tenaga medis yang bakal mendampingi jamaah, khususnya yang beresiko tinggi (resti). Dugaan kuat pemotongan kuota ini juga bakal menyasar kuota tenaga medis yang ditugaskan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), baik itu perawat maupun dokter.

Di kalangan masyarat sendiri, juga mulai muncul desakan supaya Kemenag tidak terlalu ngotot dalam melobi dispensasi pemotongan kuota 20 persen. Praktisi pendidikan sekaligus dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Muhammad Zuhdi mengatakan, pemerintah harus mempertimbangkan keselamatan dan kenyamaan jamaah. “Pemotongan kuota 20 persen oleh Arab Saudi itu tentu atas pertimbangan kondisi di lapangan,” kata jamaah haji periode 2016 itu.

Zuhdi menuturkan, tentu ada dampak psikologis di jamaah haji yang gagal berangkat tahun ini karena pemotongan kuota. “Tetapi jika dipaksakan berhaji, siapa yang menjamin keselamatan selama beribadah haji,” pungkasnya. Dia menuturkan Indonesia sebagai tamu tentu tidak bisa berbuat apa-apa seandainya terjadi over kapasitas di Masjidilharam nantinya.(wan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kunjungi Israel, Tantowi Yahya Dilaporkan ke BK

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler