jpnn.com, SURABAYA - Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menilai langkah Polda Jatim mengambil peran sebagai orang tua asuh bagi ribuan anak yatim piatu korban Covid-19 patut diapreasiasi.
"Langkah Polda Jatim memenuhi segala kebutuhan anak-anak itu, terutama pendidikan serta disiapkan asrama untuk menampung anak yatim tersebut patut kita apresiasi," tutur LaNyalla, Sabtu (18/9).
BACA JUGA: Polda Jatim Temukan Bahan Bom Berdaya Ledak Tinggi di Lokasi Ledakan Pasuruan
Namun LaNyalla juga menyarankan agar Polda Jatim agar menjalin kerjasama dengan pihak terkait, seperti Dinas PPPA atau lembaga pendampingan anak lainnya untuk menangani permasalahan anak yatim piatu tersebut.
Menurut LaNyalla, tingginya angka anak yatim piatu akibat Covid-19 memerlukan sinergitas berbagai unsur agar kebutuhan mereka bisa terpenuhi.
BACA JUGA: Senator Hasan Basri Kutuk Keras Kebrutalan KKB yang Tewaskan Seorang Nakes di Papua
Selain perlindungan untuk hidup, makanan serta kebutuhan pendidikan, LaNyalla menilai anak-anak tersebut perlu pendampingan psikologis pascakematian orang tuanya.
"Tentu agar kesehatan jiwanya pulih dan tidak meninggalkan traumatik di masa mendatang. Maka, perlu dilakukan pendekatan holistik kepada anak-anak yang orang tuanya meninggal karena Covid-19," tutur LaNyalla.
BACA JUGA: Hengky Kurniawan Kecelakaan, Terjatuh dari Motor Trail, Begini Kondisinya...
Senator asal Jawa Timur itu menekankan, penting pemulihan kesehatan jiwa karena ditinggal orang tua saat usia belia akan menimbulkan sejumlah problematika yang bisa berdampak serius dan berkepanjangan di masa mendatang.
"Kerjasama lintas stakeholder harus dijalin oleh Polda Jatim agar penanganan tersebut dapat meredam segala dampak risiko yang dapat ditimbulkan. Tak mudah menangani anak-anak, karena mereka memiliki daya rekam yang cukup baik," tuturnya.
Dia menandaskan, jika keliru dalam penanganan akan menimbulkan dampak tak baik bagi perkembangan psikologis anak-anak tersebut dalam jangka waktu panjang ke depan.
"Perlu hati-hati dan dibutuhkan treatment yang tepat. Kondisi mereka masih begitu labil, sehingga butuh penanganan intensif dan berkelanjutan," papar LaNyalla.
Hal terpenting lainnya adalah sinkronisasi data jumlah anak yatim piatu korban Covid-19 di daerah tersebut.
Berdasarkan data yang disampaikan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan/DP3AK Provinsi Jawa Timur hingga Senin (16/9), ada 6.198 anak-anak di Jatim menjadi yatim dan piatu.
Data lainnya jumlah anak yatim piatu korban Covid-19 sebanyak 7.044 orang.
"Karena terdapat perbedaan angka, maka perlu dipastikan jumlah yang sebenarnya dan harus dipastikan. Jangan sampai ada anak yatim piatu yang terlewat di dalam pendataan," saran LaNyalla. (mar1/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Tim Redaksi, Sutresno Wahyudi