LONDON - Manusia butuh makanan untuk hidup. Tapi, hidup bukanlah hanya untuk makan. Makan berlebihan hingga kekenyangan, bukan hanya buruk bagi kesehatan tapi juga rentan penyakit.
Para ahli telah memperingatkan bahwa jumlah perempuan di bawah usia 50 tahun yang didiagnosis menderita kanker payudara, telah memecahkan rekor. Ternyata, salah satu penyebabnya karena makan berlebihan dan obesitas. Termasuk, kelebihan minum dan malas berolahraga.
Ahli gizi Sophie Roberts dari British Dietetic Association mengatakan, ada beberapa hal yang mendorong manusia tanpa sadar mengonsumsi makanan melebihi kebutuhannya. Menurutnya, obat-obatan dapat bekerja meningkatkan nafsu makan termasuk jenis siproheptadin antihistamin, yang digunakan untuk alergi seperti demam, dan kadang-kadang diresepkan pula untuk migrain.
Antidepresan juga dapat memicu peningkatan nafsu makan. "Nafsu makan meningkat karena produk sampingan dari suasana hati yang membaik karena telah mengkonsumsi obat anti depresi," kata Sophie seperti dilansir IoL, Selasa (7/5).
Demikian pula jika melakukan diet dengan mengurangi konsumsi karbohidrat terlalu banyak, dapat mendorong sesorang makan berlebihan. Itu dibuktikan pada sebuah studi di Ohio State University yang menemukan orang mengkonsumsi sedikit karbohidrat saat makan siang, cenderung menggantinya dengan makan lebih banyak.
"Karbohidrat melepaskan glukosa ke dalam aliran darah ketika kita mencernanya. Otak memerlukannya sebagai bahan bakar utama dan mengirimkan sinyal berbeda yang menuntut pasokan makanan jika bahan bakarnya habis," lanjutnya.
Di sisi lain, gejala dehidrasi ringan, seperti lemah, lelah atau pusing, serupa orang kelaparan, sehingga otak mudah bingung akan kondisi dehidrasi dengan kelaparan. "Jadi jika merasa lapar, pertama kali minumlah untuk melihat apakah itu memenuhi kebutuhan sebelum meraih makanan," tambahnya.
Menghindari alkohol juga merupakan cara ampuh mengatasi lonjakan nafsu makan. Pasalnya, barang alkohol menyebabkan fluktuasi kadar gula darah yang signifikan. "Alkohol menyebabkan sejumlah besar hormon insulin akan dilepaskan ke dalam darah," tuturnya.
Potensi lain pemicu makan berlebihan adalah persoalan selera. Selera manusia atas makanan bisa rusak oleh sejumlah faktor, termasuk infeksi virus, obat-obatan seperti amfetamin, dan peradangan di mulut.
Faktor lain sebagai pemicu juga ditemukan dari sebuah studi University College London yang menemukan bahwa orang yang makan cokelat saat perut kosong lebih mungkin mengembangkan keinginan psikologis untuk makan berlebih.
Namun, para peneliti menyarankan, konsumsi cokelat jauh lebih baik dikonsumsi setelah makan daripada sebelumnya. Mereka yang makan 15 sampai 30 menit setelah makan cenderung tidak ngemil pada waktu berikutnya.
Latihan fisik memberikan banyak manfaat bagi kesehatan dan mental tetapi latihan dengan intensitas tinggi sementara jumlah kalori yang terbakar sangat kecil juga mendorong otak mengirimkan sinyal rasa lapar. Sebagai ilustrasi, satu jam langkah aerobik untuk wanita rata-rata membakar 450 kalori. Tetapi jika hanya mengkonsumsi latte ukuran besar dengan susu semi-skim, maka hanya memasukkan 300 kalori.
Para peneliti juga menemukan, rasa bersalah ikut memicu makan secara berlebihan. Kedengarannya memang aneh, tapi rasa bersalah karena makan berlebihan bisa membuat seseorang untuk melakukan hal yang sama.
Peneliti dari Northwestern University di AS menemukan, jika seseorang merasa bersalah tentang pengalaman yang menyenangkan seperti makan, maka rasa bersalah itu sendiri akan menjadi menyenangkan.
Faktor terakhir yang diduga membuat seseorang mengkonsumsi makanan secara berlebihan adalah pertemanan. Pasalnya, tanpa disadari seseorang makan lebih banyak bersama teman-teman di perusahaan daripada saat makan sendirian.
Ini diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan Marion Hetherington, Profesor Biopsychology di University of Leeds. Dia menemukan, seseorang makan 18 persen lebih banyak saat bersama temannya. (Esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gangguan Kencing Berimbas Pada Kemampuan Seksual
Redaktur : Tim Redaksi