Laporan PBB soal Muslim Uighur: China Lakukan Kejahatan Kemanusiaan dan Pelanggaran Hak Reproduksi

Kamis, 01 September 2022 – 08:20 WIB
Pelajar dari etnis Uighur mempelajari Alquran dan Hadis di Institut Islam Xinjiang, Kamis (03/01/2019). Lembaga tersebut difasilitasi pemerintah Tiongkok untuk mencetak para imam yang bebas dari pengaruh radikalisme dan ektremisme. Foto: ANTARA/M. Irfan Ilmie

jpnn.com, NEW YORK CITY - Perlakuan sewenang-wenang dan diskriminatif China terhadap muslim Uighur di wilayah Xinjiang negara itu mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan, kata kepala hak asasi manusia PBB dalam laporan yang dirilis pada Rabu.

Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet, yang telah menghadapi kritik dari beberapa diplomat dan kelompok hak asasi karena terlalu lunak terhadap China, merilis laporan itu hanya beberapa menit sebelum masa jabatan empat tahunnya berakhir pada Rabu. Dia mengunjungi China pada bulan Mei.

BACA JUGA: Bantah Tuduhan, China Tunjukkan Sosok Musuh Muslim Uighur Sebenarnya

Laporan panjang itu mengatakan pelanggaran hak asasi manusia yang serius telah dilakukan di Xinjiang.

"Tingkat penahanan sewenang-wenang dan diskriminatif terhadap anggota Uighur dan kelompok mayoritas muslim lainnya dapat diduga merupakan kejahatan internasional, khususnya kejahatan terhadap kemanusiaan," kata laporan PBB.

BACA JUGA: Kampung Halaman Muslim Uighur Sedot Investasi Rp 446 Triliun, Siapa yang Menikmati?

Dia merekomendasikan pemerintah China untuk mengambil langkah segera untuk membebaskan semua yang ditahan di pusat pelatihan, penjara atau fasilitas penahanan.

"Ada indikasi pelanggaran hak reproduksi yang kredibel melalui penegakan kebijakan KB secara paksa sejak 2017," kata laporan itu.

BACA JUGA: Xi Jinping Disambut Muslim Uighur Xinjiang, Lalu Bilang Begini soal Islam

Ia menambahkan bahwa kurangnya data pemerintah "membuat sulit untuk menarik kesimpulan tentang sepenuhnya penegakan kebijakan ini dan pelanggaran terkait hak-hak reproduksi."

Kelompok hak asasi manusia menuduh Beijing melakukan pelanggaran terhadap Uighur, minoritas etnis mayoritas Muslim yang berjumlah sekitar 10 juta di wilayah barat Xinjiang, termasuk penggunaan massal kerja paksa di kamp-kamp interniran. Amerika Serikat menuduh China melakukan genosida.

China dengan keras membantah tuduhan itu.

Berbicara menjelang rilis laporan tersebut, duta besar China untuk PBB di New York, Zhang Jun, mengatakan Beijing telah berulang kali menyuarakan penentangan terhadapnya. Dia mengatakan kepala hak asasi manusia PBB seharusnya tidak ikut campur dalam urusan internal China.

"Kita semua tahu, dengan sangat baik, bahwa apa yang disebut masalah Xinjiang adalah kebohongan yang sepenuhnya dibuat-buat dari motivasi politik dan tujuannya jelas adalah untuk merusak stabilitas Tiongkok dan untuk menghalangi pembangunan Tiongkok," kata Zhang kepada wartawan pada hari Rabu.

"Kami tidak berpikir itu akan menghasilkan kebaikan bagi siapa pun, itu hanya merusak kerja sama antara PBB dan negara anggota," katanya.

Reuters melaporkan bulan lalu bahwa China telah meminta Bachelet untuk mengubur laporan tersebut, menurut surat China yang dikonfirmasi oleh para diplomat. Baca selengkapnya

Bachelet mengkonfirmasi minggu lalu setelah menerima surat yang katanya ditandatangani oleh sekitar 40 negara bagian lain, menambahkan bahwa kantornya tidak akan menanggapi tekanan seperti itu.

Bachelet, 70, berencana kembali ke Chili untuk pensiun. Banyak kandidat telah melamar pekerjaan itu tetapi belum ada pengganti yang ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal Antonio Guterres yang pilihannya kemudian harus disetujui oleh Majelis Umum di New York. (reuters/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler