jpnn.com, JAKARTA - Larangan penggunaan Bisphenol A (BPA) pada kemasan makanan dan minuman mulai diterapkan di seluruh negara Uni Eropa (UE) pada akhir 2024.
Keputusan ini merupakan hasil perumusan panjang yang melibatkan penelitian risiko BPA terhadap kesehatan manusia.
BACA JUGA: Kata Pakar soal BPA pada Galon Polikarbonat, Mitos atau Fakta?
Regulasi tersebut memberikan masa transisi selama 18 hingga 36 bulan bagi industri untuk beradaptasi sebelum larangan berlaku penuh. Langkah UE ini didasarkan pada bukti risiko BPA yang terakumulasi dari berbagai penelitian.
Mulai dari larangan parsial pada kemasan botol bayi di tahun 2011, hingga pembatasan ketat pada struk kertas termal pada 2020, upaya UE terus ditingkatkan.
BACA JUGA: Dunia Internasional Sudah Larang BPA, Pakar Polimer Ingatkan Risiko Kesehatan
Terakhir, riset dari European Food Safety Authority (EFSA) menunjukkan efek BPA pada sistem imun, yang menjadi dasar pelarangan total BPA pada kemasan makanan dan minuman demi perlindungan konsumen.
Namun, bagaimana dengan Indonesia? Hingga kini, kebijakan lokal masih pada tahap mewajibkan label peringatan BPA untuk produk tertentu.
BACA JUGA: Soal Label BPA, Asosiasi Depot Air Minum Minta Semua Pihak Bersaing Secara Sehat
Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024 mengharuskan pelaku usaha mencantumkan informasi ini pada galon guna ulang berbahan polikarbonat. Meski dianggap langkah awal yang baik, regulasi ini dinilai belum cukup progresif.
"Seharusnya kita sudah menuju pelarangan total BPA seperti UE. Tidak hanya pada air minum kemasan, tetapi juga pada berbagai produk lainnya," ujar dr Ulul Albab, SpOG, Sekretaris Jenderal PB IDI.
Dia menambahkan bahwa alternatif pengganti BPA sudah tersedia, sehingga pelarangan dapat dilakukan secara bertahap dengan tetap melindungi konsumen dan lingkungan.
Pakar polimer dari Universitas Indonesia, Prof. Dr. Mochamad Chalid, SSi, MSc.Eng, turut mengingatkan bahwa BPA adalah salah satu bahan kimia berbahaya yang mencemari manusia dan lingkungan.
"Cemaran dari kemasan berbahan BPA sudah terbukti dalam banyak jurnal ilmiah. Sebagai kemasan air minum, risiko lepasan BPA ke dalam cairan sangat besar," jelasnya.
Meski belum seketat UE, langkah BPOM yang mulai memperkenalkan label peringatan diharapkan menjadi pijakan awal menuju kebijakan yang lebih tegas.
Para pakar dan organisasi kesehatan terus mendorong agar regulasi ini diperluas hingga mencakup pelarangan total BPA, demi menjamin kesehatan masyarakat sekaligus menjaga ekosistem lingkungan.
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh