jpnn.com, RIYADH - Rema Jawdat tak bisa membendung kebahagiaannya. Senyum berkali-kali menghias wajahnya saat petugas di Departemen Lalu Lintas Umum di Riyadh, Arab Saudi, memberinya sebuah kartu kecil. Itu bukan kartu biasa, melainkan surat izin mengemudi alias SIM.
Rema dan sembilan perempuan lainnya mengukir sejarah Senin lalu (4/6). Mereka adalah 10 perempuan pertama yang memegang SIM Saudi.
BACA JUGA: Keluarga Besar Kolinlamil Tertib Berlalu Lintas, Nih Caranya
Selama lebih dari 50 tahun, negeri petrodolar tak pernah mengizinkan perempuan berkendara. Saudi menjadi satu-satunya negara di dunia yang tidak memperbolehkan perempuan mengemudi.
Tapi, kebijakan itu berubah September tahun lalu. Putra Mahkota Mohammed bin Salman menelurkan ide membuat cetak biru masa depan Saudi yang diberi nama Vision 2030.
BACA JUGA: Dunia Kecam Israel, Bagaimana Sikap Arab Saudi?
Rencana-rencana di dalamnya termasuk pemberdayaan perempuan. Salah satunya adalah memberikan izin kepada perempuan untuk berkendara sendiri mulai 24 Juni nanti. Vision 2030 itu mendapat pujian dari banyak pihak.
’’Bisa mengemudi di Kerajaan (Arab Saudi) merupakan mimpi yang menjadi kenyataan,’’ ujar Rema.
BACA JUGA: Rudal Saudi Hantam Gedung Kemendagri, 50 Tewas
Perempuan yang berprofesi sebagai analis risiko di Kementerian Ekonomi dan Perencanaan itu mengaku sempat tak percaya saat membaca berita tentang kebijakan mengemudi bagi perempuan di Saudi. Begitu tahu berita itu nyata adanya, dia bahagia luar biasa.
’’Bagi saya, mengemudi menunjukkan saya punya pilihan. Pilihan untuk bergerak bebas. Kini, kami punya pilihan tersebut dan itu penting,’’ tegasnya sebagaimana dilansir Khaleej Times.
Rema bisa menyetir sejak 12 tahun lalu. Tapi, selama ini, dirinya tak menyusuri jalanan Saudi. Dia berkendara saat berada di Lebanon, Swiss, dan Amerika Serikat (AS).
Mayoritas perempuan Saudi yang bisa mengemudi mendapatkan SIM di Jordania dan beberapa negara Arab lainnya. SIM yang dikeluarkan Jordania diakui negara yang dipimpin Raja Salman bin Abdulaziz itu.
Sama dengan Rema, para perempuan lain yang mendapatkan SIM gelombang pertama itu sudah bisa mengemudi. Mereka juga telah memiliki SIM yang dikeluarkan negara lain dan diakui secara internasional.
Di Departemen Lalu Lintas Umum, mereka hanya dites sebentar untuk melihat kemampuan mengemudinya dan lantas menukarkan SIM lamanya dengan keluaran Saudi.
’’Diharapkan pekan depan 2 ribu perempuan lainnya mendapatkan lisensi untuk mengemudi di kerajaan Arab Saudi.’’ Bunyi peryataan Pusat Komunikasi Internasional Saudi sebagaimana dilansir Telegraph.
Kebijakan pencabutan larangan mengemudi di Saudi itu membawa dampak baik pada industri otomotif. Dalam beberapa pameran otomotif yang digelar di Jeddah dan Riyadh baru-baru ini, tampak sekali antusiasme para perempuan Saudi.
Mereka banyak bertanya tentang asuransi, aksesori mobil, fasilitas mobil-mobil keluaran terbaru, dan berbagai hal lainnya. Para pengusaha otomotif menyambut kebijakan Saudi dengan memberikan penawaran khusus untuk perempuan. Termasuk di antaranya menjajal mobil baru untuk simulasi mengemudi.
Direktur Departemen Lalu Lintas Umum Mayjen Mohammed bin Abdullah Al Bassami menegaskan bahwa semua persiapan untuk memulai kebijakan menyetir bagi perempuan itu telah selesai.
Pekan lalu, Saudi menggedok undang-undang untuk mengkriminalisasi pelaku pelecehan seksual. Mereka bisa dihukum 5 tahun penjara dan denda SAR 300 ribu atau setara Rp 1,1 miliar. Harapannya, dengan hukuman berat itu, perempuan yang berkendara bakal terlindungi. (sha/c17/ano)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Israel dan Saudi Gatal Pengin Terlibat Perang Syria
Redaktur & Reporter : Adil