LAS! Lebih Kalem dalam Album Ketiga

Jumat, 20 September 2024 – 07:17 WIB
LAS! di kawasan Ketapang, Kalimantan Barat pada Sabtu (14/9). Foto: Dedi Yondra / JPNN.com

jpnn.com, PONTIANAK - Band rock asal Pontianak, LAS! ternyata sedang mempersiapkan album ketiga. Album baru tersebut ditargetkan bisa diluncurkan pada akhir tahun mendatang.

LAS! mengeklaim bahwa album ketiga nanti bakal sedikit berbeda dibanding mini album Bona Fortuna (2016) serta album Kota Kecil dan Rock N Roll (2021).

BACA JUGA: LAS! Dukung Perjuangan Masyarakat Adat Lawan Deforestasi

Dari segi tema, band beranggotakan Bob Gloriaus (vokal/gitar), Diaz Mraz (drum), Agaz Frial (gitar), dan Cep Kobra (bas) itu banyak bicara sisi personal pada album baru.

Bila selama ini banyak membuat karya tentang isu sosial, politik, dan lingkungan, LAS! kini sedikit lebih kalem dengan menawarkan lagu-lagu yang bercerita tentang kehidupan pribadi dan perjalanan band.

BACA JUGA: Indra Lesmana Segera Tampil di Manly Jazz Festival dan Rilis Album Sydney Reunion

"Karena sudah mau 10 tahun, kami lebih banyak bercerita soal perjalanan band ini, kecintaan kami satu sama lain, sangat personal," kata Diaz Mraz, drummer LAS! saat berbincang dengan JPNN.com di Ketapang, Kalimantan Barat, baru-baru ini.

Dalam beberapa lagu pada album ketiga, LAS! terinspirasi dari kisah hidup yang telah dilalui.

BACA JUGA: Zeke and The Popo Rilis Ulang Album Space In The Headlines

Selain itu, personel LAS! juga memotret kesederhanaan dan keseharian melalui lagu-lagu terbaru.

"Contohnya lagu Whiskey Cola tentang bagaimana kami patah hati di umur yang tidak muda lagi. Ada juga lagu soal bar kesayangan kami di Pontianak," ucap Bob Gloriaus, vokalis LAS!.

LAS! menganggap tema album ketiga nanti sebagai refleksi dari perjalanan yang telah dilalui personel.

Grup yang sudah berumur 10 tahun itu tidak menutup kemungkinan untuk membahas tentang isu sosial dan politik lagi ke depannya. Apalagi selama ini LAS! dikenal sebagai band yang peduli terhadap isu lingkungan dan ancaman krisis iklim.

"Bisa saja album keempat mungkin kami bicara soal sosial politik lagi, jadi (album ketiga) istirahat dahulu, karena it's a long game, takutnya capek sendiri," beber Diaz Mraz.

Dari segi musik, LAS! juga mencoba sedikit bereksplorasi dalam album ketiga. Tidak hanya menyuguhkan rock yang sudah menjadi ciri khas, tetapi turut menambah nuansa pop.

"Banyak pop, middle tempo, dan beberapa ballad. Daya jelajah musikal lebih luas," imbuh Bob Gloriaus.

Menjelang peluncuran album ketiga, LAS! mengadakan sejumlah aktivasi. Salah satunya yakni menggelar rangkaian BABLAS Tour 2024.

Dalam tur tersebut, band dengan hit Borneo is Calling itu singgah ke tiga kota yakni, Sambas (7/9), Ketapang (14/9), dan Sintang (23/9).

Tur itu terlaksana berkat kerja sama LAS! melalui kolaborasi dengan kolektif No Music on a Dead Planet.

Adapun No Music On A Dead Planet adalah kolektif yang terdiri dari seniman dan profesional di industri musik yang berkomitmen untuk menyuarakan isu iklim dan lingkungan.

Ini adalah buah dari bergabungnya Indonesia sebagai negara Asia pertama dalam kampanye internasional Music Declares Emergency pada 2023.

Sejumlah musisi yang ikut masuk dalam kolektif itu yakni Efek Rumah Kaca, Barasuara, Voice of Baceprot, dan banyak lagi seniman dari berbagai penjuru Indonesia.

LAS! sebagai band asal Pontianak tergabung dalam kolektif No Music On A Dead Planet. Musik LAS! dapat dikategorikan sebagai rock alternatif dengan sentuhan folk Dayak.

Selama ini, LAS! aktif menyuarakan isu sosial dan lingkungan kepada basis pendengar yang cukup kuat di wilayah Kalimantan Barat.

Sebelum naik panggung BABLAS Tour, LAS! sempat mengadakan sesi talk show bersama perwakilan Trend Asia, Walhi, aktivis lingkungan, komunitas, penggemar, media, dan lainnya.

LAS! juga mendatangi sejumlah lokasi di kawasan Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat yang terkena dampak deforestasi.

Saat kunjungan bersama Trend Asia dan Music Declares Emergency, LAS! datang ke kawasan Desa Kualan Hilir, Ketapang.

Para personel bahkan menginap bersama masyarakat adat Dayak Kualan. Di sana, LAS! mendengar keluhan masyarakat adat yang terkena dampak kerusakan lingkungan dan deforestasi.

Sejumlah warga mengeluhkan perampasan lahan yang diduga dilakukan oleh PT Mayawana Persada (MP). Seperti masyarakat Lelayang dan Gensaok yang menyebut MP sudah melakukan penggusuran, perebutan lahan, hingga intimidasi kepada masyarakat adat.

LAS! mengajak anak muda, khususnya para pendengar musik untuk peduli terhadap kelangsungan hutan adat. Menurut Bob Gloriaus LAS!, perampasan lahan dan penggusuran hutan adat merupakan tindakan yang tidak manusiawi.

Sebab, hal tersebut berdampak bagi masyarakat yang terancam kesulitan mencari sumber penghasilan serta merasakan dampak bencana, seperti banjir dan cuaca panas.

"Mereka bilang, kalau kehilangan hutan, kita mau makan, berdoa, cari selamat di mana lagi," tutup Bob Gloriaus dari LAS!. 

(ded/jpnn)


Redaktur & Reporter : Dedi Yondra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler