Laskar Hijau Bergotong Royong Selamatkan Gunung Lemongan

Senin, 06 Agustus 2018 – 10:10 WIB
Aak Abdullah Al-Kudus aktivitas saat menjelaskan tentang konservasi alam dalam acara Curah Pendapat Implementasi Revolusi Mental yang diselenggarakan oleh Kemenko PMK di Jakarta. Foto: Humas Kemenko PMK

jpnn.com, JAKARTA - Aak Abdullah Al-Kudus menjadi salah satu contoh nyata bahwa kegiatan menjaga lingkungan tidak berbenturan dengan usahanya dalam menafkahi keluarga.

“Saya mendirikan laskar hijau bersama warga sekitar dengan semangat gotong royong dan kesukarelaan,” tutur Aak saat menjelaskan tentang aktivitas konservasi alam dalam acara Curah Pendapat Implementasi Revolusi Mental yang diselenggarakan oleh Kemenko PMK di Jakarta, Sabtu (4/8) lalu.

BACA JUGA: Cerita Semangat Generasi Muda untuk Memajukan Nelayan

Pria kelahiran Lumajang, 12 Oktober 1974 ini mendeskripsikan tentang apa saja yang sudah dilakukan oleh Laskar Hijau, organisasi konservasi alam yang dia dirikan.

Laskar Hijau merupakan organisasi relawan penghijauan yang berjuang untuk mengembalikan lingkungan yang rusak kembali menjadi ekosistem alami melalui gerakan penghijauan dengan konsep hutan setaman. Didirikan di tahun 2005 dengan prinsip swadaya.

BACA JUGA: Menko Puan Minta Atlet Berjuang Sekuat Tenaga di Asian Games

“Kami mengandalkan bantuan keikhlasan relawan. Kami juga memulung sampah daur ulang untuk menjadi pengganti polybag dan memulung biji-bijan untuk disemai,” ungkapnya.

Ditanya soal nilai utama Revolusi Mental yaitu Integritas, Etos Kerja dan Gotong Royong, Aak menjawabnya dengan yakin bahwa nilai utama tersebut sudah menyatu dengan aktivitas Gerakan Laskar Hijau.

BACA JUGA: Revolusi Mental di Balik Tanaman Sorgum

"Kami bergotong royong untuk membuat Indonesia menjadi lebih bersih dan lebih hijau. Gotong royong bagi kami adalah nilai kearifan lokal yang perlu terus tersosialisasi dan terpraktikkan agar tidak tergerus oleh perubahan zaman,” jelasnya.

Inisiatif untuk menanam dan membentuk Laskar Hijau tercetus karena kondisi debit air di Ranu Klakah mulai berkurang akibat pembalakan liar (illegal logging) dari tahun 1998 hingga 2002 di hutan lindung sekitar Gunung Lemongan.

“Dulu sekali di sekitar gunung Lemongan ada puluhan sumber mata air. Lalu pasca pembalakan di tahun 1998 jadi berkurang,” tambah bapak empat anak ini.

Pengagum Gus Dur ini melanjutkan ceritanya bahwa saat ini konservasi Laskar Hijau masih fokus di Gunung Lemongan.

“Tapi kita tidak bisa menolak permintaan dari berbagai daerah seperti Banyuwangi, Probolinggo, Malang dan Sumenep untuk menjadi bagian dari laskar untuk daerah mereka,” tukasnya.

Di akhir wawancara, Aak mengajak masyarakat agar tiap hari meningkatkan kesadaran untuk selalu berubah lebih baik.

“Terutama sebelum memulai aktivitas di pagi hari. Kontrol diri untuk tidak membuang sampah sembarangan,” tandasnya. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menko PMK Puan Maharani Hadiri Harmoni Indonesia 2018 di GBK


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler