Pekan ini bisa jadi yang tersibuk bagi militer Indonesia, karena Tentara Nasional Indonesia (TNI) melakukan latihan militer bersama Rusia dan Australia secara terpisah.

Sejumlah pengamat mengatakan latihan militer bersama ini mencerminkan kebijakan luar negeri Indonesia yang bebas aktif.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Donald Trump Jadi Presiden, Kamala Harris Mengakui Kekalahannya

Angkatan Laut Indonesia dan Rusia menggelar latihan bersama sejak Senin lalu hingga Jumat besok yang dilakukan di Surabaya dan Laut Jawa.

Sementara itu, latihan bersama dengan nama 'Keris Woomera' dilakukan oleh militer Indonesia dan Australia sejak akhir pekan lalu, yang disebut Australia sebagai "latihan bersama terbesar dalam sejarah saat ini".

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Beberapa Hasil Suara Pemilu Amerika Serikat Mulai Keluar

Natalie Sambhi, direktur eksekutif dari lembaga Verve Research, mengatakan latihan militer ini menunjukkan pemerintahan Prabowo Subianto akan melanjutkan sikap bebas aktif dalam percaturan politik dunia.

"Jakarta memberikan sinyal kepada dunia, khususnya di kawasan Indo-Pasifik, kalau Indonesia tidak akan memihak dan ingin terus membangun hubungan dengan semua kekuatan besar dan pemain regional," ujarnya kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia.

BACA JUGA: Invasi Rusia Makin Brutal, Pengamat Soroti Penderitaan Warga Sipil Ukraina

"Rusia selalu menjadi pemasok senjata utama bagi Indonesia yang masih menggunakan jet tempur Sukhoi buatan Rusia," jelas Natalie.Ia menambahkan latihan dengan Rusia juga memberikan peluang untuk mengembangkan angkatan laut Indonesia. 

"Sementara itu, bekerja sama dengan Australia, Tentara Nasional Indonesia semakin memperdalam hubungan militer yang sudah matang yang dibuktikan dengan besarnya dan rumitnya latihan bersama Keris Woomera," ujarnya.Upaya mendekat ke Indonesia

Salah satu yang menjadi perhatian dari latihan bersama ini adalah Indonesia melakukannya dengan Rusia dan Australia, yang secara geopolitik berseberangan. 

Sejumlah pakar mengatakan Australia berada di poros barat yang beraliansi dengan Amerika Serikat. Sementara Rusia mendukung Tiongkok sebagai poros kekuatan di timur.

ABC Indonesia sudah meminta tanggapan dari Australian Defence Force (ADF) soal latihan militer yang dilakukan Indonesia dengan Rusia, namun Natalie mengatakan latihan ini tetap "baik untuk kepentingan Australia".

"Salah satu cara untuk melihatnya adalah angkatan laut Indonesia yang lebih kuat dan lebih mampu menjadi baik untuk kepentingan Australia," kata Natalie. 

"Semuanya sama. Jakarta tidak akan segera memutuskan hubungan dengan Moskow ... di sisi lain, aktivitas semacam ini dapat memotivasi mitra Indonesia lainnya untuk mencari area yang sama-sama lebih menguntungkan dan menawarkan kerja sama atau aktivitas baru, untuk mendekatkan Indonesia."

Panglima Koarmada RI Laksamana Madya TNI Dr. Denih Hendrata mengatakan latihan bersama dengan Rusia sebagai "komitmen kami untuk meningkatkan pemahaman bersama dalam keamanan maritim".

"Maritime security sangat penting bagi negara mana pun di laut dan kita semestinya bisa saling menjaga dan menghormati setiap kedaulatan di wilayah masing-masing," ujarnya dalam keterangan pers.

Sergey Tolchenov, duta besar Rusia untuk Indonesia, mengatakan latihan bersama tidak ditujukan ke negara mana pun dan bisa "memastikan keamanan dan stabilitas di kawasan tersebut".

Sementara itu militer Australia (ADF) mengatakan ada sekitar dua ribu pasukan dari kedua negara, mulai dari angkatan darat, laut, dan udara, yang terlibat dalam latihan militer bersama Indonesia.Dalam pernyataannya, ADF mengatakan 35 pasukan asal Indonesia juga ditempatkan di atas perahu militer HMAS Adelaide dan berlatih dengan tentara Australia di Darwin.

"Dengan berlatih bersama, pasukan kami membangun taktik, teknik, dan prosedur bersama untuk meningkatkan operasi dan kesiapan untuk menanggapi tantangan keamanan bersama di kawasan tersebut," kata Wakil Laksamana Justin Jones, kepala operasi gabungan.Ingin berteman dengan semuanya

Akhir pekan lalu, dalam sebuah forum dengan para pendukung dan partai politiknya, Presiden Prabowo mengatakan kalau ia sulit menolak "dua kekuatan besar" yang mengundangnya untuk datang.

"Dua kekuatan" yang dimaksud adalah Tiongkok dan Amerika Serikat. 

Dijadwalkan Presiden Prabowo akan berkunjung ke Tiongkok Jumat besok.

"Untuk rakyat saya juga harus berhubungan baik dengan semua negara," katanya.

"Karena Indonesia mengambil jalan seribu kawan terlalu sedikit, satu lawan terlalu banyak," katanya, yang juga mengatakan tidak mau Indonesia terseret dalam pertikaian negara lain.

Profesor Greg Fealy dari Australian National University mengatakan latihan militer yang dilakukan Indonesia bersama Rusia dan Australia secara terpisah menunjukkan keseimbangan Indonesia dalam hubungan internasional.

"Saya menduga dalam benak Prabowo, ini menunjukkan sikap tidak memihak, dan menunjukkan Indonesia menolak untuk dikuasai oleh satu pihak tertentu."

Pemerintahan Prabowo juga menyatakan keinginan kuat untuk bergabung dengan kelompok BRICS yang terdiri dari negara-negara berkembang, dengan di antara anggota penggagasnya adalah Rusia dan Tiongkok.

"Ini adalah pembalikan kebijakan yang cukup signifikan yang dilakukan Prabowo atas kebijakan luar negeri yang ditempuh Jokowi," kata Profesor Greg.

"Fakta jika Prabowo dengan begitu cepat menyatakan keinginan Indonesia untuk menjadi anggota BRICS menunjukkan … kebijakan yang tidak memihak, bahkan bersahabat dengan semua pihak."

"Saya menduga dia memiliki pandangan ... semakin banyak kelompok yang ia ikuti, semakin banyak peluang bagi Indonesia untuk maju."

Tapi, sampai kapan Indonesia akan berteman dengan semua negara?

Profesor Greg mengatakan "banyak hal tergantung" pada perkembangan yang terjadi, tetapi akan ada tekanan besar pada Indonesia untuk mengambil "sikap tegas" jika terjadi konflik regional yang lebih luas.

"Misalnya, jika terjadi ketegangan yang memburuk antara Tiongkok dan Filipina di Laut Tiongkok Selatan, kapan Indonesia, sebagai anggota ASEAN yang paling signifikan, merasa perlu untuk mengambil sikap tegas terhadap apa yang dilakukan pemerintah Tiongkok, atau Filipina?

"Jika terjadi konfrontasi antara kapal-kapal AS dan Tiongkok, hal itu dapat mendorong Indonesia ke posisi yang tidak bersahabat dengan kedua belah pihak."

Natalie dari Verve Research mengatakan kekuatan militer menjadi salah satu "toolbox" milik Indonesia dalam menyikapi sengketa Laut Tiongkok Selatan."Sehingga latihan-latihan [militer] ini dapat mendukung kepercayaan diri TNI dalam melakukan operasi-operasi yang kompleks, yang diharapkan dapat mencegah eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut," ujarnya.

Artikel ini memuat beberapa laporan ABC News dalam bahasa Inggris.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dunia Hari Ini: Kecelakaan Bus di India Telan Puluhan Nyawa

Berita Terkait