jpnn.com, BOGOR - Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya menghadirkan sumber daya manusia (SDM) pertanian terbaik.
Hal itu dilakukan untuk mendukung prioritas kebijakan pembangunan pertanian berbasis ketahanan pangan.
BACA JUGA: Kesuksesan Mentan SYL Pimpin Kementan Diganjar Sederet Penghargaan
Salah satu upayanya adalah dengan meningkatkan kualitas vokasi pertanian melalui pembangunan Smart Green House (SGH) di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor, Jawa Barat.
SGH merupakan hasil kolaborasi antara Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan dengan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan dalam hal ini Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan).
BACA JUGA: Kepala BPPSDMP: Kostratani Program Pemerintah untuk Sejahterakan Rakyat
Komitmennya adalah mencetak job seeker maupun job creator yang mandiri, modern, dan profesional, serta dapat bersaing di era industri 4.0.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan, untuk mencapai kemampuan teknis dan manajerial di bidang pertanian, metode pembelajaran pendidikan vokasi melakukan pendekatan teaching factory (TEFA).
BACA JUGA: Mentan Syahrul Yasin Limpo: Hari Ini Saya Bangga
Yakni, menerapkan sistem pembelajaran yang dikembangkan semirip mungkin dengan dunia kerja dan dunia industri (DuDi).
"Hal ini sudah menjadi keharusan mengingat tuntutan kemajuan pertanian yang maju mandiri dan modern perlu didukung oleh SDM yang mampu mengelola usaha pertanian berbasis teknologi," tuturnya.
Menurut Mentan SYL, salah satu kemajuan teknologi pertanian adalah SGH yang merupakan sistem pertanian modern dengan memanfaatkan teknologi.
"Teknologi yang diterapkan itu dapat mengatur dan memantau kelembaban tanah dan suhu udara pada green house serta dapat dimonitor melalui smartphone," ungkap SYL.
Dirjen PSP Kementan Sarwo Edhy menjelaskan salah satu upaya peningkatan nilai tambah untuk optimalisasi produksi pertanian adalah melalui pengembangan sarana, prasarana, serta penerapan teknologi yang tepat guna dan sasaran.
Menurutnya, modernisasi di sektor pertanian menjadi hal yang sangat penting dalam percepatan produktivitas dan produksi pertanian.
Dia menegaskan karena pertanian saat ini sudah masuk dalam era industri 4.0, maka penerapan digital dan teknologi tidak dapat diabaikan.
"Termasuk dengan disematkannya teknologi smart farming yang sekaligus membangun sentra produksi urban farming melalui teknik green house," kata dia.
Karena itu, telah dibangun proyek percontohan SGH atas kerja sama Ditjen PSP Kementan, dengan Polbangtan BPPSDMP, sebagai sarana teaching farm, teaching factory.
Harapan ke depan, SGH akan menjadi tren pola pertanian yang efesien, serta dapat membantu meningkatkan produksi pertanian.
Menuju pertanian maju, mandiri, modern.
Sarwo menjelaskan enam unit SGH pada lahan seluas 7.800 m2 telah selesai dibangun. Masing-masing bangunan SGH berukuran 20 x 20m dengan sistem NFT (Nutrient Film Technique).
"Yang memiliki 9.063 lubang tanam, sistem DFT (Deep Flow Technique) yang memiliki 9.063 lubang tanam dan sistem Dutch bucket 450 lubang tanam," papar Sarwo.
Ia melanjutkan, bangunan SGH juga telah dilengkapi dengan exhause fan, evaporating complete system dan control panel untuk sensor suhu dan kelembaban.
Fasilitas lain dalam proyek percontohan bangunan SGH ini juga tersedia satu unit sumur tanah dalam, berikut pompa airnya, jalan akses menuju lokasi, serta pemasangan instalasi listrik.
Menurut Sarwo, pembangunan SGH sebagai salah satu sarana Agro Eduwisata yang akan dicanangkan Mentan SYL, dapat memberikan peningkatan ilmu tentang pertanian modern bagi mahasiswa pertanian, petani milenial dan masyarakat pada umumnya.
Pada kesempatan itu juga akan dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Kementan dengan PT PLN, sebagai bentuk sinergi program peningkatan produktivitas sektor pertanian melalui penyediaan tenaga listrik.
"PLN dengan program electrifiying agriculture-nya hadir untuk mendukung elektrifikasi sektor pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan," tutur Sarwo.
Ia menjelaskan fungsinya untuk mengoordinasikan program dan kegiatan teknis seluruh eselon 1 lingkup Kementan.
Nota kesepahaman ini akan ditindaklanjuti dengan perjanjian kerja saama pada masing-masing Eselon 1 yang terkait.
Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan dengan SGH ini diharapkan hadir SDM pertanian yang bisa membantu menyiapkan kebutuhan pangan 267 juta jiwa penduduk Indonesia.
Menurut dia, saat ini sudah berbicara mengenai peningkatan produktivitas untuk menjaga ketahanan pangan. Dia menegaskan pengungkit utama dalam peningkatan produktivitas itu adalah SDM.
"Oleh karena itu, kualitas SDM pertanian terus kami tingkatkan. Salah satunya melalui Smart Green House di Polbangtan Bogor ini," tutur Dedi.
Ia menambahkan pemerintah melalui Kementan juga berupaya untuk meningkatkan ekspor serta menyejahterakan petani.
Menurut Dedi, untuk mewujudkan pembangunan tersebut maka diperlukan SDM pertanian yang profesional, berdaya saing dan berwirausaha, yang dapat dilakukan melalui pendidikan vokasi pertanian.
Dia mengatakan, pemerintah tengah memfokuskan pelaksanaan program pendidikan vokasi sebagai salah satu langkah untuk mendorong lahirnya SDM yang tidak hanya menguasai teori, tetapi mampu menerapkan ilmunya di lapangan.
"Dalam pelaksanaannya, pendidikan vokasi menerapkan 70 persen praktikum dan 30 persen teori. Serta diterapkan juga sistem link and match antara pendidikan vokasi dengan dunia industri," urainya.
BPPSDMP sebagai salah satu unit kerja di bawah Kementan memiliki tujuh Polbangtan yang diharapkan bisa menghadirkan SDM pertanian terbaik. Yakni Polbangtan Bogor, Yogyakarta Magelang, Malang, Medan, Gowa, Manokwari dan Politeknik Pembangunan Pertanian Indonesia (PEPI) Serpong.
Tak hanya itu Kementan juga memiliki tigs Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian (SMK PP) Negeri Sembawa, Banjarbaru dan Kupang yang juga siap bertransformasi menjadi Polbangtan. (*/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Boy