jpnn.com, BINTAN - Perairan di Kawal, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, setiap akhir tahun rutin tercemar limbah hingga menyebabkan ribuan ikan mati mendadak.
Salah seorang nelayan, Yoyok, di Kawal mengatakan pencemaran limbah terparah terjadi pada akhir 2019 lalu.
BACA JUGA: Ditemukan Potongan Tubuh Manusia Tetapi Tak Ada yang Lapor soal Orang Hilang
"Setiap akhir tahun, seperti yang terjadi baru-baru ini, ada kiriman limbah di perairan tempat kami mencari nafkah. Ikan dan kepiting banyak yang mati," ujar pria yang sehari-hari bekerja sebagai pencari kepiting (ketam) itu.
Yoyok mengungkapkan limbah tersebut berwarna biru, bahkan air di Perairan Kawal juga tampak membiru.
BACA JUGA: Limbah Minyak Cemari Pantai, Resort di Lagoi Bintan Merugi Miliaran Rupiah
Ikan mengapung seketika itu. Banyak warga sekitar yang mengambil ikan yang mengapung tersebut.
Pencemaran di perairan itu juga menyebabkan ketiping mati. Hal itu menyebabkan nelayan penangkap kepiting mengalami kesulitan menangkap buruannya.
BACA JUGA: Gara-gara Limbah Minyak, Nelayan Gagal Panen 8 Ton Rumput Laut
"Saya tidak mengetahui pasti siapa yang membuang limbah ini ke perairan, tetapi ini setiap akhir tahun ada," katanya.
Yoyok mengatakan petugas dari pemerintah sudah mengambil sampel air yang tercemar limbah, tetapi sampai sekarang belum diketahui apa hasilnya.
"Kami kehilangan mata pencarian selama berminggu-minggu," ujarnya.
Menanggapi permasalahan itu, Kapolres Bintan AKBP Boy Herlambang mengatakan, pihaknya akan melakukan penyelidikan terkait informasi tersebut.
"Kami akan mendalami permasalahan itu untuk mengetahui sumber limbah tersebut," katanya.
Boy menegaskan pihaknya akan melindungi perairan Bintan, dan melindungi kepentingan nelayan.
"Jangan sampai aktivitas nelayan terganggu akibat limbah," katanya. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia