DAMASKUS - Presiden Bashar al-Assad tak sedikitpun mengendurkan represinya atas oposisi dan kelompok yang menentangnya di Syria. Kemarin (12/2) tentara pemerintah kembali melancarkan serangan ke Kota Homs, barat Syria atau sekitar 162 kilometer utara Damaskus. Kali ini, tentara Assad memanfaatkan warga sipil yang mereka tangkap sebagai tameng.
Seorang aktivis oposisi melaporkan kepada CNN bahwa pasukan Assad menempatkan tawanan sipil mereka di tank. Lewat cara itu, militer Syria berharap tak mendapatkan perlawanan berarti dari Free Syrian Army (FSA). Selama ini, kelompok oposisi yang beranggotakan mantan tentara pemerintah itu selalu melawan pasukan Assad dengan sekuat tenaga.
Karena jumlahnya lebih besar daripada tentara Assad, FSA hampir selalu bisa mematahkan serangan pemerintah. "Pasukan (pro-Assad) berusaha untuk mencegah serangan balasan dari FSA dengan melibatkan warga sipil dalam pertempuran," ungkap aktivis yang merahasiakan namanya tersebut. Alasannya, lanjut dia, pasukan Assad tahu persis bahwa FSA tidak akan pernah menyerang warga sipil.
Dengan taktik tameng manusia tersebut, pasukan Assad melancarkan serangan maut ke kawasan Baba Amr kemarin pagi. "Rumah saya bergetar karena tembakan roket. Saya nyaris mati karena serangan bertubi-tubi ini," kata Omar, seorang aktivis oposisi dari kawasan yang menjadi markas FSA itu. Menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), serangan kemarin menewaskan empat orang.
Dibandingkan sebelumnya, skala serangan pada hari ke-9 kemarin jauh lebih kecil. Selain jumlah korban tewas relatif sedikit, pasukan Assad pun memberikan kesempatan kepada sejumlah warga untuk meninggalkan kota terbesar ketiga di Syria (setelah Damaskus dan Aleppo) tersebut. "Sekitar 15 keluarga dari Baba Amr dan Inshaat diberi izin untuk meninggalkan Homs," kata Mohammad al-Hassan, aktivis oposisi yang lain.
Namun, selain 15 keluarga penganut Sunni itu, warga lain di Baba Amr dan Inshaat memilih untuk tidak keluar rumah. Mereka tidak mau ambil risiko terkena peluru atau roket nyasar dan mati konyol.
"Ada rumor bahwa rezim (Assad) mengendurkan serangan dan mempersilakan warga keluar rumah. Tetapi, tak ada yang melakukannya. Tak ada yang percaya," imbuhnya.
Di beberapa lokasi warga bisa menikmati lagi listrik dan telepon. Bersamaan itu, ratusan warga Homs menggelar aksi protes di jalanan kota. Selain mendesak Assad agar menghentikan represi, massa juga mengritik masyarakat internasional yang membisu. Mereka kesal karena Barat dan Dewan Keamanan (DK) PBB tak beraksi meski setiap hari nyawa warga sipil melayang.
Terpisah, para menteri luar negeri Liga Arab berkumpul di Kota Kairo, Mesir, kemarin untuk kembali membahas krisis Syria. Salah satu agenda yang dibahas adalah misi lanjutan tim pemantau Liga Arab. Dalam waktu dekat, tim yang baru bulan lalu meninggalkan Syria itu akan kembali bertugas ke sana. Kali ini, tim pemantau Liga Arab bakal bertugas bersama tim khusus PBB.
Menjelang pertemuan tersebut, Liga Arab didesak agar segera mengakui eksistensi Dewan Nasional Syria sebagai pemerintahan oposisi. Namun, organisasi beranggotakan 22 negara itu belum memberikan jawaban. Fokus utama Liga Arab adalah transisi pemerintahan. Mereka berharap Assad segera mundur dan menyerahkan kekuasaan pada wakilnya.
Selain Liga Arab, PBB pun sibuk merumuskan resolusi baru untuk mengakhiri kekerasan di Syria setelah draf sebelumnya kandas di Dewan Keamanan (DK) akibat veto Rusia dan Tiongkok. Menurut beberapa diplomat PBB, draf resolusi yang bakal dibahas di forum Majelis Umum itu dirancang Arab Saudi. Rencananya, draf resolusi setebal tiga halaman itu bakal dibahas hari ini (13/2). (AP/AFP/RTR/CNN/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tank Militer Kepung Kota Homs
Redaktur : Tim Redaksi