Lawatan Obama Ke Israel Tak Punya Makna

Kamis, 21 Maret 2013 – 08:56 WIB
JERUSALEM – Pada periode kedua jabatannya sebagai orang nomor satu di Amerika Serikat (AS), Presiden Barack Obama melakukan kunjungan perdananya ke Israel. Rabu (20/3) tokoh 51 tahun itu tiba di Bandara Ben Gurion, pinggiran Kota Tel Aviv. Presiden Shimon Peres dan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu langsung menyambut langsung kedatangannya.

Dalam kesempatan itu, Obama menyebut Israel sebagai ’’sekutu terbaik’’ (greatest friend) AS. Mantan senator Illinois itu pun menjamin komitmen pemerintahannya atas keamanan Israel saat mengingatkan bahwa angin perubahan di Timur Tengah membawa harapan maupun bahaya.

Obama lantas menyampaikan alasan umum perihal Israel. Katanya, kunjungan ke Israel adalah persinggahan pertama dalam lawatan perdananya ke Timur Tengah pada periode kedua masa jabatannya.

’’Kami memiliki visi sama dengan Israel soal perdamaian dengan negara-negara tetangganya,’’ kata Obama. ’’Damai harus bersemayam di Tanah Suci,’’ kata presiden kelahiran Hawaii tersebut setelah pesawat Air Force One parkir di bandara yang terletak sekitar 19 kilometer tenggara Kota Tel Aviv itu.

Dia lantas bersalaman dan berpelukan dengan Peres dan Netanyahu. Obama akan berada di Israel sampai hari ini (21/3). Lantas, dia bakal melanjutkan lawatan ke Jordania dan Palestina hari ini dan besok (22/3).

Obama memilih Israel sebagai negara pertama yang dia kunjungi dalam rangkaian lawatannya guna menormalkan hubungan dua negara. Beberapa waktu lalu, AS dan Israel sempat bersitegang gara-gara berbeda pandangan soal isu Syria dan Iran.

Kemarin suami Michelle LeVaughn Robinson tersebut menunjukkan pada dunia bahwa hubungan AS-Israel tetap harmonis. ”Persekutuan kita abadi untuk selamanya,’’ cetus Obama di depan Peres dan Netanyahu. Dua pemimpin Israel itu pun menyambut pernyataan Obama dengan baik. Bergantian, kepala negara dan kepala pemerintahan Negeri Yahudi itu balas memuji Obama. Mereka menyebut bapak dua anak itu sebagai pemimpin dunia yang hebat.

Obama menegaskan bahwa mendukung Israel merupakan salah satu kepentingan nasional paling mendasar bagi AS. Karena itu, Washington tak mungkin berseberangan prinsip dengan Tel Aviv. Termasuk, dalam menyoroti isu Syria dan Iran. Dengan berada di pihak sama dengan Israel, menurut politikus Partai Demokrat itu, AS menjadi semakin kuat.

’’Terima kasih atas dukungan Anda yang tak tergoyahkan untuk Israel, baik di masa perang maupun tenang,’’ tutur Peres setelah mendengar komitmen Obama terhadap Israel.

Kemarin tiga sekutu politik itu kompak memakai kemeja dan dasi dengan warna yang sama. Yakni, kemeja putih dan dasi biru. Itu selaras dengan warna bendera Israel, putih dan biru.

Setelah saling memuji dalam jumpa pers di bandara, Obama meninjau sistem pertahanan rudal Iron Dome milik Israel. Khusus untuk menyambut presiden keturunan Afrika itu, Israel mengusung sistem persenjataan untuk menyergap roket dan rudal musuh tersebut ke Ben Gurion. Pembuatan senjata itu didanai AS. Jadi, Obama tidak perlu melakukan perjalanan ke lokasi penempatan senjata tersebut di wilayah utara dan selatan perbatasan Israel.

Selesai menginspeksi Iron Dome dan berbincang dengan serdadu Israel yang mengoperasikan, Obama bertolak ke Kota Jerusalem (Al-Quds) bersama Peres dan Netanyahu. Mereka menuju Jerusalem dengan menumpang helikopter. Lantas, ketiganya berdialog serius soal perdamaian Timur Tengah.

Sejak awal, Obama menegaskan bahwa kali ini dia tidak akan banyak bicara soal hubungan Israel-Palestina. Dalam wawancara dengan televisi Israel, dia menyebut lawatannya sebagai misi mendengarkan. Artinya, dia akan lebih banyak mendengar soal hubungan Israel-Palestina dari Peres dan Netanyahu. Obama pun mengaku tidak akan mengusulkan opsi atau solusi baru terkait konflik dua Negara tersebut.

Sejumlah analis politik internasional menilai kunjungan Obama itu sebagai lawatan simbolis semata. Washington dinilai hanya ingin menyelamatkan hubungan baik dengan Tel Aviv. ’’Ini adalah kunjungan tidak berarti. Tidak tepat waktu dan tidak punya tujuan pasti,’’ kritik Gidi Grinstein, direktur Reut Institute yang bermarkas di Tel Aviv.

Pendapat yang sama diungkapkan seorang pengamat pada stasiun televisi Israel, Channel 10. Menurut dia, Obama dan Peres serta Netanyahu hanya berusaha menyelamatkan reputasi masing-masing. ’’Jika mau jujur, mereka bertiga sama-sama sudah muak satu sama lain,’’ ujar  pengamat yang tidak disebutkan namanya itu. (AP/AFP/RTR/hep/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Korban Penembakan Taliban Sudah Mulai Sekolah

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler