jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjukkan ketidaknetralannya di Pilpres 2024.
Penilaian Ari itu merujuk pada video tentang Jokowi membagi-bagikan bantuan di dekat baliho bergambar Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Serang, Banten, Senin (8/1/2024).
BACA JUGA: Viral! Video Jokowi Membagi-bagikan Bantuan di Dekat Baliho Prabowo-Gibran
Menurut Ari, keberadaan baliho Prabowo-Gibran di lokasi Jokowi membagikan bantuan tersebut kontras dengan spanduk bergambar Ganjar Pranowo - Mahfud MD di Gianyar, Bali, yang dipereteli saat Presiden Ketujuh RI itu datang berkunjung.
"Jokowi pasti tahu dan kenapa diam melihat kejadian yang kontras baik di Gianyar maupun di Serang, itu karena anaknya sendiri ikut maju. Dia tidak bisa netral karena berkepentingan dengan majunya Gibran sebagai cawapresnya Prabowo,” ujar Ari melalui layanan pesan, Selasa (9/1/2024).
BACA JUGA: Prabowo Mengumpat Ndasmu Berkali-kali, Ada Masalah dengan Watak Asli?
Mantan wartawan yang kini menjadi dosen di berbagai perguruan tinggi itu menyebut Jokowi telah menjadi contoh buruk dalam praktik kenegaraan di negeri yang seharusnya demokratis.
Menurut Ari, pola seperti itu mirip yang terjadi di era Orde Baru saat mertua Prabowo, Presiden Soeharto, berkuasa.
BACA JUGA: Jokowi Bela Prabowo soal Data Pertahanan, Lalu Bilang Toko Kelontong
“Perilaku Jokowi sudah melebihi level mertuanya Prabowo dan itu tidak baik," tutur Ari.
Peraih gelar doktor ilmu komunikasi dari Universitas Padjadjaran itu mengingatkan Jokowi sebagai presiden bisa bersikap netral.
Jika Jokowi tidak bisa bersikap netral, kata Ari, sebaiknya mantan wali kota Surakarta itu mundur dari kursi kepresidenan.
“Tidak ada jalan lain untuk pelaksanaan pemilu yang demokratis selain menuntut presiden yang tidak bisa netral untuk mundur dari jabatannya,” imbuh Ari.
Selain itu, Ari menegaskan tidak boleh ada pembiaran atas tindakan Presiden Jokowi memihak pasangan capres-cawapres tertentu.
Penulis produktif yang juga kolumnis di media itu juga menilai ketidaknetralan Jokowi akan menjadikan mantan gubernur DKI Jakarta tersebut sebagai juru kampanye terselubung bagi Prabowo-Gibran.
“Presiden jika dibiarkan bisa menjadi jurkam salah satu paslon dan yang lebih mengkhawatirkan lagi bisa memengaruhi semua aparatnya untuk melakukan kebijakan di lapangan yang merugikan kandidat lain,” tutur Ari.(jpnn.com)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Kunjungan Jokowi, Baliho Ganjar-Mahfud dan PDIP Dicabuti
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi