jpnn.com - JAKARTA - Detasemen Khusus 88 Antiteror menembak mati tiga terduga teroris di rumah kontrakan di Kampung Curug, Setu, Serpong, Tangerang Selatan, Rabu (21/12) kemarin. Ketiganya adalah Omen, Irwan, dan Helmi.
Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul mengatakan, tidak ada opsi lain bagi Densus 88 Antiteror selain menembak ketiga terduga teroris. Sebab, peringatan polisi ke terduga teroris justru dibalas dengan serangan bom.
BACA JUGA: Daftar Calon Anggota KPU dan Bawaslu Bakal Diserahkan ke KPK
"Kita ketahui beberapa kasus terorisme, para teroris itu mereka tidak mau menyerah. Penggerebekan tentunya ada faktor risiko, baik petugas maupun masyarakat," kata Martinus di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (22/12).
Martinus lantas menceritakan pengalamannya saat terlibat penggerebekan teroris di Desa Cigondewah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada 2013. Kelompok teroris tak mau diajak negosiasi.
BACA JUGA: Inilah 36 Nama Calon Anggota KPU, 11 Perempuan
Padahal polisi sudah mendatangkan keluarga teroris untuk proses negosiasi. “Kemudian sudah disampaikan untuk menyerah tetap juga tidak. Malah membalas tembakan terhadap petugas," ujar mantan juru bicara Polda Jawa Barat itu.
Karenanya, lanjut Martinus, untuk meninimalkan adanya korban maka Densus melumpuhkan ketiga terduga teroris dengan tembakan. Saat proses penembakan pun disaksikan masyarakay.
BACA JUGA: Golkar Dukung Penuh Lembaga Pemantapan Pancasila
"Jadi ada alasan yang patut yang dilakukan penyidik dalam hal melakukan penangkapan supaya mencegah jangan banyak korban. Apalagi masyarakat di luar korban yang juga hadir dalam penggerebekan tersebut," pungkas Martinus.(mg4/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggota Bawaslu Berguguran dalam Seleksi KPU, Siapa yang Lolos?
Redaktur : Tim Redaksi