jpnn.com, JAKARTA - Ramadan buat umat Islam bukan hanya soal kemuliaan berpuasa selama sebulan penuh, tetapi juga sebagai Bulan Ibadah, Bulan Solidaritas, dan tentu saja Bulan Alquran.
Sebagai Bulan Ibadah, ditandai serangkaian ibadah (puasa, salat tarawih, tadarus Alquran, iktikaf, sedekah, dan zakat) yang pahalanya berlipatganda.
BACA JUGA: Pakar Coding dari ITB Mengaku Mendapat Inspirasi dari Alquran
Sedangkan sebagai Bulan Solidaritas ditandai dengan puasa dan sedekah atau zakat yang mendorong manusia empati pada kaum miskin serta yatim piatu.
Sebagai Bulan Alquran, ada dua peristiwa penting terkait Alquran dalam Bulan Ramadan yakni Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar.
BACA JUGA: Neisya, Cewek 15 Tahun Itu Butuh 7 Bulan Hafal Alquran
Para ulama menyebut kedua peristiwa itu sebagai turunnya Alquran.
Bedanya, Nuzulul Quran yang diperingati setiap 17 Ramadan itu merupakan turunnya wahyu pertama berupa Surah Al Alaq ayat 1-5 dari Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW.
BACA JUGA: Ribuan Orang Ikut Seleksi jadi Penghafal Alquran, Ada yang Berusia 68 Tahun
Sementara Lailatul Qadar yang berlangsung pada salah satu malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadan dan malam yang lebih baik daripada seribu bulan itu, merupakan turunnya Alquran dari Lauhul Mahfudz ke dunia.
Keistimewaan Alquran itu seperti digambarkan sebagian ulama dengan ungkapan bahwa 'Jibril turun membawa Alquran, maka ia pun menjadi malaikat yang paling agung.
Alquran turun kepada Nabi Muhammad maka jadilah Beliau pemimpin seluruh makhluk.
Alquran datang kepada umat Nabi Muhammad maka jadilah mereka sebaik-baiknya umat.
Alquran turun di Bulan Ramadan, maka jadilah Ramadan sebagai bulan yang paling utama.
Alquran turun pada malam Lailatul Qadar, maka jadilah malam itu malam yang paling mulia.
Maka bagaimanakah jika Alquran turun di hati (melazimkan membaca Al Quran)?
Ramadan sebagai Bulan Alquran selayaknya menjadi hari-hari yang diisi dengan tilawah Alquran, tetapi waktu yang terbatas hanya 29-30 hari itu pun seringkali bernasib tragis.
Waktu untuk membaca Alquran justru dikalahkan dengan waktu untuk membaca media sosial (medsos), khususnya WhatsApp (WA) atau justru berleha-leha dengan televisi daripada iqra Alquran.
Padahal, keistimewaan juga disebutkan dalam beberapa sabda Rasulullah SAW, di antaranya "Afdholu ibadati ummati qiroatul Quran" (Ibadah umatku yang paling utama adalah membaca Alquran - HR Dailami).
Sabda Rasulullah SAW yang lain, 'Barang siapa membaca Alquran, maka ia benar-benar melangkah naik menuju derajat kenabian di kedua sisinya, hanya saja tidak diberikan wahyu kepadanya'.
Rasulullah SAW juga bersabda, 'Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, 'Siapakah mereka ya Rasulullah?'. Rasul menjawab, 'Para ahli Alquran. Merekalah keluarga Allah dan hamba khusus-Nya". (HR. Ahmad).
Dalam kitab "Hasiyyah Al-Baijuri 'Ala Jauharah At-Tauhid" dikisahkan Imam Ahmad ibn Hanbal melihat Allah SWT dalam mimpinya sebanyak 99 kali, maka ketika menjelang malam yang ke-100, beliau berniat, seandainya aku bermimpi lagi, maka aku akan mengajukan sebuah pertanyaan kepada-Nya.
Akhirnya, beliau pun benar-benar bermimpi melihat-Nya lagi.
Dalam mimpi tersebut, Imam Ahmad bertanya kepada Allah SWT, 'Wahai Tuhanku! Amalan apa yang paling cepat mengantarkan para 'muqorrobin' memperoleh kedekatan dengan-Mu?
Allah SWT menjawab, 'Tilawatu kalami (membaca kalam-Ku/Al Quran)'. Kemudian Imam Ahamad pun bertanya lagi, 'Bifahmin au bighoiri fahmin' (dengan memahami maknanya atau tanpa memahami maknanya)? Maka Allah SWT menjawab, 'Bifahmin au bighoiri fahmin' (dengan memahami maknanya ataupun tidak)".
Istimewa, bukan! Kedekatan pembaca Alquran dengan Allah itulah yang menjadikan pembaca Alquran sebagai salah satu sosok yang dirindukan surga.
Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda, Surga rindu kepada empat orang yaitu pembaca Alquran, orang yang menjaga lisan, pemberi makan orang yang lapar, dan orang yang puasa di Bulan Ramadan". (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzy).
Bahkan, Alquran akan menjadi penolong bagi pembacanya. Rasulullah SAW juga bersabda, 'Bacalah Alquran, karena sesungguhnya Alquran itu akan datang pada Hari Kiamat sebagai pemberi syafaat bagi yang membacanya'. (HR Dailami).
Dalam sabda yang lain, Rasulullah SAW berkata, "Puasa dan Alquran, keduanya akan memberi syafaat kelak di Hari Kiamat". (HR. Ahmad, Thabrani, Al Hakim. Shahih).
Tidak hanya itu, Alquran juga dalam berbagai sabda Rasulullah SAW disebut akan memberi syafaat sejak di dalam kubur.
Dalam berbagai hadits, syafaat Al Quran di dalam kubur itu setidaknya ada dalam tiga situasi, yakni penerang selama di alam barzah (alam kubur yang gelap), pendamping saat takut menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir, serta teman setia selama jutaan tahun di alam barzah saat menunggu Hari Kiamat.
Lalu, apa masalahnya? Tidak ada waktu? Renungkan saja! Kalau semua medsos diakses, semua arsip digital diunduh, mulai dari surat elektronik, blog, Facebook, Twitter, WA, Line, Instagram, Youtube, dan lainnya, maka waktu yang diperlukan untuk khatam adalah 124 tahun (data Tahun 2013).
Bukankah umur manusia hanya 60-70 tahunan, apakah semua harus diakses, pasti tidak cukup waktunya, umur pun terbuang melayang.
Karena itulah, daripada waktu dihabiskan untuk hal-hal yang belum tentu bermanfaat, kecuali hanya membuang waktu percuma, maka membaca Alquran adalah pilihan yang bijak. Memang, manusia sekarang tidak bisa dibandingkan dengan para ulama terdahulu yang sehari saja bisa khatam 30 juz Al Quran hingga 1-3 kali, atau bahkan lebih.
Padahal, khatam Alquran itu sangat mudah, yakni sehari cukup membaca dua lembar/halaman, maka setahun sudah bisa khatam satu kali.
Secara sederhana, Alquran itu ada 600-an halaman, sedangkan setahun itu ada 365 hari (sebut saja, 300 hari).
Artinya, sehari cukup dua lembar (2x300=600 lembar atau 600/300), maka setahun khatam.
Jadi, cukup dua lembar, maka 30 juz Alquran sudah bisa dikhatamkan dalam setahun.
Apalagi, Ramadan kali ini menghadapi pandemi COVID-19 yang membatasi pergerakan dalam 1-2 tempat saja, sehingga memungkinkan umat bisa membaca Alquran menjadi setahun khatam dua kali, dan seterusnya. Semoga! (edy m yakub/antara)
Redaktur & Reporter : Adek