Lebihi Target Rata-rata Produksi Minyak

PHE ONWJ Berharap Capai Produk 40 Ribu BPH

Sabtu, 04 Mei 2013 – 05:19 WIB
JAKARTA - Kinerja Pertamina untuk menggenjot produksi minyak di Indonesia terus membuahkan hasil. Kali ini, anak usaha Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) mencatatkan hasil kinerja kuartal pertama yang memuasakan.

Dalam jangka waktu tersebut, mereka berhasil melewati target lifting minyak yang diterapkan akhir tahun.          

Senior Manager Subsurface PHE ONWJ Achmad Zailani menyatakan, rata-rata produksi minyak mentah pada Blok ONWJ telah mencapai 37.900 barel per hari (bph). Capaian tersebut lebih tinggi 19 persen dibanding rata-rata produksi minyak 2012 yakni 33.300 bph.

"Yang lebih memuaskan, hasil tersebut sudah melebihi target rata-rata tahun 2013 sebesar 36.400 bph. Bahkan, dua minggu terakhir di atas 40 ribu bph. Laporan terakhir, pada tanggal 2 Mei, produksi minyak sudah mencapa 42 ribu bph," ungkapnya di Jakarta, kemarin (3/5).        

Kenaikan tersebut, lanjut dia, disebabkan beberapa blok yang menghasilkan di luar dugaan. Misalnya, kegiatan pengeboran di lapangan KL, B, U dan K.

"Untuk lapangan Kilo (K) misalnya. Bisa mencetak sekitar seribu bph. Padahal normalnya hanya mencetak 500-600 bph. Selain itu, kami juga melakukan revitalisasi pada kilang di area P. Semua upaya tersebut rupanya membuat produksi meningkat," jelasnya.          

Dengan angka saat ini, pihaknya menilai adanya kemungkinan perubahan target rata-rata produksi minyak per hari. "Ya kami akan tunggu dulu bulan Juli. Itu saat dimana pemerintah bakal melakukan evaluasi terhadap target yang kami tentukan. Kalau ternyata lebih besar, tentu kami akan revisi target itu. Kan, masih ada beberapa faktor yang bakal menurunkan rata-rata  itu," ungkapnya.          

Faktor yang disebut, lanjut dia, adalah umur peralatan yang sudah mencapai 50 tahun. Sehingga, produksi beberapa lapangan ada yang bakal dihentikan sementara waktu.

"Misalnya, blok lima (L). Kami harus meninggikan lima diantara enam anjungan di sana. Sebab, karena posisi anjungan menurun, ombak sudah bisa mencapai tempat operasional," jelasnya.

Zailani menjelaskan, pihaknya bakal berusaha meninggikan anjungan tersebut pada Agustus. "Karena itu, produksi bulan Agustus hingga November dikhawatirkan agak menurun. Kami sengaja menggenjot terus produksi, supaya kalau turun setidaknya bisa tetap memenuhi target awal tahun," ungkapnya.          

Dia menambahkan, proses peninggian lima anjungan tersebut bakal dilakukan dengan teknologi baru. Teknologi yang disebut deck raising tersebut dikatakan seperti pendongkrak tinggi anjungan. Teknologi yang bakal menjadi pertama dipakai di dunia itu dikatakan lebih hemat daripada cara konvensional.          

"Biasanya, kami harus membangung platform baru. Biaya pembangunan satu platform saja sudah mencapai USD 1 miliar. Sedangkan, dengan alat ini, kami hanya mengeluarkan USD 118 juta untuk meninggikan lima anjungan tersebut," terangnya. (bil)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Muluskan Proyek Hipmi, Askrindo Gandeng Bank DKI

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler