jpnn.com - PM Singapura ke 3, Lee Hsien Loong sendiri yang memberikan konfirmasi bahwa negeri Singapura Senin pagi 23 Maret 2015 telah kehilangan bapak dan pendiri negara Singapura, Lee Kuan Yew dan mengatakan suasana berkabung nasional selama tujuh hari.
Penegasan telah meninggalnya Lee Kuan Yew dalam usia 91 tahun setelah dirawat di General Hospital Singapura akibat radang paru-paru yang dideritanya tersebut mengakhiri rumor yang sebelumnya beredar sejak 5 Pebruari 2015 tentang kondisi kesehatan Lee Kuan Yew.
BACA JUGA: Ketahuan Punya Tato ISIS di Bibir, Karyawan Dipecat, padahal...
Lee Kuan Yew tercatat resmi menjadi Perdana Menteri Singapura yang pertama selama 31 tahun sejak 3 Juni 1959 sampai 28 Nopember 1990 di samping berhasil memimpin partai politiknya Peoples Action Party (PAP) memenangi Pemilu Singapura pada periode Pemilu 1963, 1968, 1972, 1976, 1980, 1984 dan 1988.
Pasca Pemilu Singapura 1984, Lee Kuan Yew mulai mensosialisasikan suksesi kepemimpinan di Singapura yang disebutnya sebagai persiapan alih tongkat kepemimpinan dari generasi pertama ke generasi kedua pemimpin negeri Singapura. Saat itu ia mempersiapkan Goh Chok Tong sebagai Deputi Perdana Menteri dan putera mahkota PM Singapura kedua.
BACA JUGA: Nekat Bawa Kabur Anak dari RS, Alhamdulillah... Berbuah Manis
Lee Kuan Yew mundur pada 28 Nopember 1990 pada saat Singapura dikenal dalam World Economic Forum di Davos, Swiss sebagai “Macan Baru Asian” bersama Korea Selatan, Taiwan, Indonesia dan Malaysia. Ia menyerahkan kepemimpinan Singapura kepada Goh Chok Tong yang menggantikannya sebagai pemimpin generasi kedua Singapura dan sekaligus Perdana Menteri kedua.
Lee Kuan Yew sendiri masih berada dalam kabinet pemerintah Singapura sebagai Menteri Senior, sementara putera tertua Lee Kuan Yew, Brigadir Jenderal Lee Hsien Loong mulai dipersiapkan sebagai pemimpin generasi ketiga Singapura dengan menjabat sebagai salah satu deputi Perdana Menteri. Lee Hsien Loong sendiri baru dikukuhkan sebagai Perdana Menteri pada tahun 2004. Setelah beberapa kali menjadi Menteri Senior, saat puteranya menjadi Perdana Menteri, Lee Kuan Yew menjadi Menteri Mentor.
BACA JUGA: Ya Ampun... Kakek Ini Mengaku Remaja di Media Sosial agar Bisa Indehoi dengan ABG
Pada awal negeri Singapura lepas dari Malaysia sebagai negara merdeka, Lee Kuan Yew bertekad memerangi masalah pengangguran, kurangnya pemukiman bagi warga dan korupsi di lingkup kantor pemerintah. Perlahan tapi pasti dengan kepemimpinan Lee Kuan Yew yang dikenal amat otoriter dan tangan besi, dalam waktu belasan tahun negara kota Singapura telah dipenuhi ratusan gedung pencakar langit, ribuan apartemen atau rumah “pangsa”.
Pembangunan negeri Singapura membuka lapangan kerja, perkembangan bisnis Singapura menciptakan beragam peluang bisnis, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Singapura mendorong kompetensi serta meningkatkan daya saing yang memungkinkan Singapura menjadinegeri makmur dengan Produk Domestik Bruto dan pendapatan perkapita di atas AS $ 50 ribu/tahun.
Lee Kuan Yew punya kesadaran politik yang peka dan memahami bahwa negerinya merupakan negeri yang “multi-etnis” dengan dominasi suku bangsa keturunan Cina, Melayu dan India-Tamil Srilanka. Ia tidak menginginkan Singapura dikenal sebagai “Little China in South East Asia”, dan ia membiasakan diri untuk selalu tampil di depan public sekaligus menggunakan tiga bahasa, Mandarin, Melayu dan Inggris. Dan ia berhasil menyelesaikan proses “Nation Building” Singapura pada era 1990 dan bebas dari sindrom “Little China” tepat pada saat Indonesia memulihkan hubungan diplomatic dengan negeri China tahun 1990.
Lee Kuan Yew berhasil membentuk Singapura yang multietnis maju. Singapura yang maju seperti bunyi lirik Lagu Kebangsaan Singapura berjudul “Majulah Singapura”.
Lirik Lagu Kebangsaan Singapura - Majulah Singapura
Mari kita rakyat Singapura
Sama-sama menuju bahagia
Cita-cita kita yang mulia
Berjaya Singapura
Marilah kita bersatu
Dengan semangat yang baru
Semua kita berseru
Majulah Singapura
Majulah Singapura!
Petrus Suryadi Sutrisno
(Penulis adalah Wartawan Senior, Pengajar Utama Lembaga Pers Dr. Soetomo)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aktivis Perempuan Soroti Kasus Farkhunda yang Dibakar Hidup-hidup
Redaktur : Tim Redaksi