JAKARTA - Kisah perjalanan hidup Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Menneg BUMN), Dahlan Iskan, rupanya cukup menarik untuk disimak menjadi sebuah inspirasi. Di masa muda, ia ternyata pernah dianggap pemberontak oleh penguasa.
Kisah tersebut terangkum dalam sekuel novel "surat Dahlan" yang secara resmi dilaunching di Lapangan Monas, Jakarta, Minggu (10/2). Dalam novel kelanjutan dari "Sepatu Dahlan" tersebut, mengisahkan bermula saat Dahlan memutuskan berangkat ke Samarinda untuk menuntut ilmu.
Sayang, teori tidak sejalan dengan kenyataan. Dosen yang otoriter dan keadaan politik yang memanas, membuatnya tidak bisa melanjutkan kuliah. Apalagi di tengah kondisi yang ada, kerinduan akan orang-orang terkasih begitu kuat menggelora.
Namun apa yang terjadi tidak membuatnya berhenti dari kegiatan kemahasiswaan. Bahkan sebagai seorang aktivis, ia terus menggelorakan dan menyuarakan penderitaan rakyat. Tidak heran jika kemudian ia terlibat peristiwa malapetaka Lima Belas Januari (Malari). Tugu Nasional pun menjadi saksi keberanian serta kepedulian Dahlan dalam menyuarakan perbaikan atas kondisi bangsa yang tengah kacau balau.
Akibatnya, ia justru dianggap pemberontak. Bahkan oleh pemerintah, Dahlan dan kawan-kawan dijadikan buronan. Mau tidak mau, kejadian memaksanya melarikan diri. Tapi menariknya, justru masa pelarian ini menjadi awal kehidupan baru. Paling tidak di sinilah ia menemukan dua cinta sekaligus. Cinta terhadap perempuan dari Loa Kulu dan cinta terhadap dunia surat kabar.
Penggalan kisah-kisah ini disajikan penulis Khrisna Pabichara dengan bahasa sederhana namun diulas dengan mendalam. Membuat pembaca dengan mudah menemukan nilai inspiratif dibaliknya.
Makanya tidak heran saat peluncuran digelar, puluhan masyarakat begitu antusias mendapatkannya. Apalagi sang tokoh utama berkenan hadir membubuhkan tanda tangan secara langsung. Peresmian kali ini ditandai pelepasan burung merpati yang dilengkapi sepucuk surat.
"Bagi yang menemukan suratnya, nanti akan saya kasih sepatu DI 19, seperti yang saya pakai. Nanti hubungi panitia, biar saya kasih yang baru dan nomornya sesuai dengan kaki yang menemukan. Biar bisa dipakai," ujar Dahlan Iskan sesaat sebelum melepas burung merpati.(gir/jpnn)
Kisah tersebut terangkum dalam sekuel novel "surat Dahlan" yang secara resmi dilaunching di Lapangan Monas, Jakarta, Minggu (10/2). Dalam novel kelanjutan dari "Sepatu Dahlan" tersebut, mengisahkan bermula saat Dahlan memutuskan berangkat ke Samarinda untuk menuntut ilmu.
Sayang, teori tidak sejalan dengan kenyataan. Dosen yang otoriter dan keadaan politik yang memanas, membuatnya tidak bisa melanjutkan kuliah. Apalagi di tengah kondisi yang ada, kerinduan akan orang-orang terkasih begitu kuat menggelora.
Namun apa yang terjadi tidak membuatnya berhenti dari kegiatan kemahasiswaan. Bahkan sebagai seorang aktivis, ia terus menggelorakan dan menyuarakan penderitaan rakyat. Tidak heran jika kemudian ia terlibat peristiwa malapetaka Lima Belas Januari (Malari). Tugu Nasional pun menjadi saksi keberanian serta kepedulian Dahlan dalam menyuarakan perbaikan atas kondisi bangsa yang tengah kacau balau.
Akibatnya, ia justru dianggap pemberontak. Bahkan oleh pemerintah, Dahlan dan kawan-kawan dijadikan buronan. Mau tidak mau, kejadian memaksanya melarikan diri. Tapi menariknya, justru masa pelarian ini menjadi awal kehidupan baru. Paling tidak di sinilah ia menemukan dua cinta sekaligus. Cinta terhadap perempuan dari Loa Kulu dan cinta terhadap dunia surat kabar.
Penggalan kisah-kisah ini disajikan penulis Khrisna Pabichara dengan bahasa sederhana namun diulas dengan mendalam. Membuat pembaca dengan mudah menemukan nilai inspiratif dibaliknya.
Makanya tidak heran saat peluncuran digelar, puluhan masyarakat begitu antusias mendapatkannya. Apalagi sang tokoh utama berkenan hadir membubuhkan tanda tangan secara langsung. Peresmian kali ini ditandai pelepasan burung merpati yang dilengkapi sepucuk surat.
"Bagi yang menemukan suratnya, nanti akan saya kasih sepatu DI 19, seperti yang saya pakai. Nanti hubungi panitia, biar saya kasih yang baru dan nomornya sesuai dengan kaki yang menemukan. Biar bisa dipakai," ujar Dahlan Iskan sesaat sebelum melepas burung merpati.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan Anggap Birokrasi jadi Musuh Nomer 1
Redaktur : Tim Redaksi