Lepas Status Putra Mahkota Demi Karir Perwira

Rabu, 03 Juli 2013 – 07:24 WIB
Ipda Albertus Mabel mencium tangan ayahnya Yali mabel di acara Prasetya Perwira Tni dan Polri yang berlangsung di AAL Surabaya. Selasa (02/07/13). Frizal/ Jawa Pos

Albertus Mabel layak berbangga. Putra Kepala Suku Dani, Yali Mabel, itu mendobrak tradisi konservatif suku yang mendiami Pegunungan Tengah, Kabupaten Jayawijaya. Taruna akademi polisi (Akpol) itu lulus menjadi perwira polisi yang dilantik Presiden SBY kemarin.


SURYO EKO PRASETYO, Surabaya

PEMANDANGAN di tengah deretan bangku undangan pelantikan calon perwira remaja Akademi TNI-Akademi Kepolisian (Akpol) di Lapangan Banda, komplek Akademi Angkatan Laut (AAL) terlihat tidak biasa. Di antara sektor A3-A4 barat gedung markas komando AAL, seorang pria khas Indonesia timur duduk mengenakan ikat kepala khas tarian perang menyerupai udeng di kepalanya.
 
Di bagian bawah ikat kepala, sebuah ornamen mengelilingi kepala melewati pelipis dan atas telinga dilengkapi bulu putih burung kakak tua. Kelopak matanya cekung dan jambangnya ditumbuhi rambut. Warna kulit hitam dan rambut keriting semakin menguatkan identitas bahwa yang bersangkutan etnis Papua. Apalagi dia mengenakan batik warna merah muda dengan hiasan motif ikon provinsi itu, burung cenderawasih.
 
"Perkenalkan, beliau kepala Suku Dani yang bermukim di Desa Anemayogi, Kecamatan Kurulu, Jayawijaya. Namanya Yali Mabel," ungkap Bekto Suprapto, mantan Kapolda Sulawesi Utara dan Kapolda Papua yang berada di sampingnya. "Mohon maaf kalau bahasa Indonesianya kurang lancar," lanjut Bekto yang bertindak sebagai wali taruna Akpol Albertus Mabel, putra Yali Mabel, 65.
 
Yali sengaja didatangkan ke Surabaya untuk menyaksikan pelantikan Albertus, 22, sebagai perwira polisi. Bekto mengungkapkan, Albertus yang lulus pendidikan Akpol Semarang 2013 tergabung dalam perekrutan affirmative action. Yakni, program khusus perekrutan taruna untuk daerah-daerah tertentu demi kepentingan integrasi bangsa. Selama ini, program itu mewadahi calon taruna dari berbagai etnis yang tersebar.
 
Albertus lolos seleksi bersama tiga taruna dan seorang taruni asal Papua. Yakni, Noach Hendrix, Agustinus Pigay, Henry Korwa, dan taruni Indah Fitria Dewi. Mereka mengungguli 254 peserta lain ketika tes di Polda Papua hingga ke Akpol Semarang. Pada angkatan yang sama, dia tergabung bersama tiga lulusan Akademi TNI. Rincinya,
kadet Sersan Mayor Satu Taruna (Sermatutar) Rahmat Soleh Yoku, Sermatutar Sena Adji Putra, dan seorang taruna Akmil Angkatan Darat Petrus Nasatekay.
 
Program untuk Akpol berlangsung tiga tahun sedangkan Akmil dan AAL selama empat tahun. Dari delapan taruna asal Papua itu, Albertus menjadi sosok menarik lantaran statusnya sebagai putra kepala Suku Dani. Sebagai suku yang berusaha menjaga tradisi turun temurun, Albertus sebenarnya diproyeksikan Yali melanjutkan tahtanya sebagai kepala suku.
 
"Tradisi mereka berusaha mempertahankan etnis karena Albertus dianggap yang terkuat di antara saudara-saudaranya," terang Bekto. Hal itu dibuktikan dengan foto-foto mantan Kepala Densus 88 tersebut ketika menyambangi keluarga Yali di Jayawijaya. Dari belasan saudara, Albertus yang lolos masuk Akpol 2010 lalu punya fisik yang paling besar dibanding saudara-saudaranya.
 
Seperti dituturkan Yali bahwa Albertus merupakan anak ketiga dari istri ketiganya. "Sebanyak delapan anak yang lahir dari lima istri, Albertus yang terkuat," tutur Yali sembari tersenyum. Lantaran sudah lebih dari 40 tahun menjadi kepala suku, sejatinya dia semula berencana mewarisi gelar itu ke Albertus. Namun, keinginan itu harus dia pendam lantaran sang putra meninggalkan Jayawijaya sejak menjalani pendidikan tiga tahun lalu.
 
Selama ditinggal Albertus setelah lolos seleksi di Polda Papua hingga ke Akpol Semarang, Yali tidak lagi memaksakan Albertus menggantikan dirinya setelah meninggal nanti. Kelegowoan dia turut mengubah tradisi konservatif, khususnya pantangan terhadap anak yang kendak merantau jauh. Bahkan, adik Albertus bernama Malik Mabel pada tahun lalu diterima di Akpol. Malik kini menjalani pendidikan tingkat pertamanya.
 
Dengan bergabungnya Albertus dan Malik di kepolisian, kata Yali, diharapkan mereka dapat terlibat dalam menciptakan keamanan dan ketertiban. Sebagaimana diungkapkan Bekto, program affirmative memberi kesempatan yang sama kepada putra daerah yang wilayahnya kurang terjangkau oleh akses pemerintah pusat. Kebijakan itu sekaligus untuk memberi kesempatan terhadap produk lokal untuk berkiprah lebih tinggi.
 
Seperti dilontarkan Albertus yang berharap dapat mengikuti jejak Wakil Kapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw. Tidak banyak putra daerah anggota TNI-Polri menjadi orang penting di negeri ini setelah masa Laksamana Muda TNI pur Freddy Numberi (Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan serta Menteri Perhubungan).
 
"Tentu ada kebanggaan bisa dipercaya memimpin daerah sendiri seperti Wakapolda Papua sekarang," ujar Albertus. Alumnus SMA GPPK Santo Thomas, Wamena itu menuturkan keinginannya berkarir di kepolisian hingga level tertinggi tanpa dibayangi statusnya sebagai kandidat "putra mahkota" kepala Suku Dani. "Sebaiknya kakak saja yang kelak meneruskan status kepala suku," imbuhnya. (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bingung Biaya, Tidak Tega Lihat Fisik Anak

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler