Lestari Moerdijat Nilai Kepemimpinan Tidak Melekat pada Gender

Jumat, 28 Juli 2023 – 19:57 WIB
Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat menilai kepemimpinan perempuan di Indonesia bukannya hal yang baru. Foto: Dokumentasi Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat menilai kepemimpinan perempuan di Indonesia bukannya hal yang baru.

Dia mengatakan sejarah mencatat di masa kerajaan Nusantara dan Kemerdekaan Indonesia, peran perempuan sangat besar, karena kepemimpinan sejatinya melekat pada person bukan gender.

BACA JUGA: Hadapi Dampak El Nino, Lestari Moerdijat Sampaikan Sejumlah Hal Penting Ini

"Berdasarkan catatan sejarah bangsa ini, sesungguhnya perempuan Indonesia memiliki potensi yang melekat sebagai pemimpin," kata Lestari Moerdijat saat menjadi pembicara kunci secara daring pada acara Indonesia Most Powerful Women Awards 2023 bertema Leadership Beyond Gender yang digelar Herstory. co.id, Kamis (27/7).

Menurut Lestari, pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan Nusantara, hadir para pemimpin seperti Ratu Shima (Kalingga), Ratu Kalinyamat (Jepara), Sultanah Safiatuddin (Aceh), Ratu Boki (Ternate), dan pemimpin zaman kerajaan lainnya.

BACA JUGA: Soroti Perubahan Tren Wisata, Lestari Moerdijat: Harus Diantisipasi dengan Langkah Tepat

Mereka memiliki kemampuan melawan penjajah, bahkan mengubah peradaban.

Wanita yang akrab disapa Rerie itu pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan, sejumlah perempuan dianugerahi gelar sebagai pahlawan nasional, karena mampu memimpin kelompok masyarakat di daerah tertentu untuk memerangi penjajah seperti Laksamana Malahayati, Martha Christina Tiahahu, dan Raden Ajeng Kartini.

BACA JUGA: Lestari Moerdijat Soroti Peningkatan Kasus Tuberkulosis, Minta Deteksi Dini Diperluas

Menurut Rerie, distorsi tentang peran perempuan Indonesia kemungkinan terjadi pada periode kolonialisasi dengan konsekuensi asimilasi nilai dan akulturasi budaya. Perempuan pun didaulat hanya berurusan dengan hal-hal domestik.

Akibatnya, ujar Rerie yang juga legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu, pandangan pada kepemimpinan perempuan Indonesia dalam catatan sejarah berbeda dengan kondisi saat ini.

Sejumlah tantangan pun muncul, terutama terkait anggapan bahwa perempuan adalah warga kelas dua.

Sehingga, tegas dia dibutuhkan inisiatif individual dan komunal untuk menyudahi tantangan paradigma pemikiran, tendensi dan habitus publik yang memandang perempuan sebagai warga kelas dua.

"Bagaimana kami bisa kembali pada semangat kepemimpinan perempuan warisan sejarah Nusantara agar setiap individu punya kesempatan yang sama? Perubahan itu harus dimulai dari perubahan pola pikir," tegas Rerie.

Mengutip buku berjudul Leadership Beyond Gender: Transcend Limiting Mindsets to Become a More Engaging Leader, karya Valencia Ray (2013), ujar Rerie, sejatinya visi kepemimpinan untuk meningkatkan kehidupan manusia tidak memiliki gender dan tidak terbatas. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lestarikan Budaya Nusantara, Nara Kupu Jogja Akan Gelar Pertunjukan Wayang Potehi


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler