LETEH PARAH! TKP Aksi Barbar Debt Collector Diperciki Tirta, Pakai Lima Jenis Ayam

Kamis, 29 Juli 2021 – 17:25 WIB
Krama Banjar Sanga Agung menggelar upacara Caru Panca Sata, Kamis (29/7), untuk menetralisir aura negatif pasca aksi barbar debt collector menghabisi De-Budi. (Agung Bayu/Bali Express)

jpnn.com, DENPASAR - Untuk menetralisir aura seram di lokasi penebasan Gede Budiarsana alias De-Budi di simpang Jalan Subur – Kalimutu, Monang-Maning, Denpasar, krama Banjar Sanga Agung menggelar upacara Caru Panca Sata, Kamis (29/7).

Upacara ini untuk menetralisir aura negatif lantaran lokasi penebasan yang dilakukan para debt collector itu dianggap leteh (kotor).

BACA JUGA: Ungkap Aksi Barbar Debt Collector Tebas De-Budi, Ini Skenario Polisi Denpasar

Upacara Caru Panca Sata tidak hanya digelar di TKP penebasan, tapi juga di kantor PT. Beta Mandiri Multi Solution di Jalan Patuha VII No.9C yang menjadi titik awal keribitutan.

Selain banten, krama setempat menyiapkan lima jenis ayam sebagai simbol rajas. “Penyucian ini ke semua arah, timur, selatan, barat, utara dan tengah,” ujar pemangku upacara AA Aji Mangku Sugiarta dikutip dari Baliexpress.id.

BACA JUGA: CATAT! De-Budi Tewas Ditebas, Polda Bali Larang Finance Pakai Jasa Debt Collector

Menurut AA Aji Mangku Sugiarta, inti upacara adalah memberitahu dewata-dewati sebagai manifestasi Ida Sang Hyang Widi Wasa bahwa ada penyucian di TKP aksi barbar para debt collector.

Untuk diketahui, Caru berasal dari kata car yang berarti penyucian, pengembalian ke alam yang semestinya.

BACA JUGA: Tebas De-Budi Hingga Tewas, OJK Minta Debt Collector Kedepankan Empati

“Jadi semua hal dan aura yang tidak baik terjadi pada waktu pembunuhan, dikembalikan. Dan juga roh yang pernah tertinggal,

terpercik di sini (lokasi kejadian) pada waktu pembunuhan dikembalikan kepada Sukma Sarira yang meninggal agar dia tenang di alam sana,” tandasnya,

Kelian Adat Banjar Sanga Agung I Gusti Nyoman Sukra menambahkan, upacara caru ini digelar untuk mengembalikan ketenangan masyarakat pasca insiden berdarah itu.

“Kami menggunakan biaya dari Banjar dan dari Bapak Perbekel juga memberikan sumbangan,” kata I Gusti Nyoman Sukra.

Pasca kejadian tersebut, pihaknya berharap tidak ada lagi kejadian serupa. Semua mampu menjaga hati dan pikiran agar tidak ada lagi darah yang tumpah. (bx/ges/ras/man/JPR)

 


Redaktur & Reporter : Ali Mustofa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler