Letjen Edy Rahmayadi Harus Mundur dari TNI jika Nyalon Ketum PSSI

Kamis, 22 September 2016 – 07:51 WIB
Letjen Edy Rahmayadi. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - SOLO – Jelang Kongres PSSI di Makassar 17 Oktober 2016 mendatang, suasana makin hangat. Bukan hanya polemik soal venue, kandidat calon Ketum PSSI juga mulai mendapat sorotan.

Pangkostrad Letjen Edy Rahmayadi didesak mundur dari jabatannya, jika memang benar akan ikut maju dalam perebutan kursi ketum PSSI. 

BACA JUGA: Polemik Venue Kongres PSSI Makin Rumit

Desakan disampaikan Mantan anggota Komite Normalisasi F.X Hadi Rudyatmo. Alasannya,   figur-figur yang maju bursa Ketua Umum PSSI benar-benar sosok merdeka.

Artinya, figur itu tidak sedang terikat dengan institusi negara atau partai politik.

BACA JUGA: Alfred Riedl Fokus Membangun Visi Bermain

Wali Kota Solo itu merujuk UU Nomor 34/2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Di situ diatur bahwa seorang prajurit TNI aktif dapat menduduki jabatan sipil setelah mengundurkan diri atau pensiun dari dinas aktif keprajuritan.

“Di lembaga negara, anggota TNI/Polri aktif memang harus mundur dari institusinya kalau ingin menduduki jabatan yang tidak sesuai tugas pokok dan fungsi,” katanya.

BACA JUGA: Barca dan Atletico Main Sama Kuat di Camp Nou

Karena itu, Mantan Ketua Umum Persis Solo itu juga meminta Komite Pemilihan (KP) memerhatikan mengenai status anggota TNI/Polri aktif yang maju bursa Ketum PSSI. 

Hal itu bertujuan agar tidak ada masalah di kemudian hari.

“Aturan ini diberlakukan atau tidak oleh KP? Ini harus diperjelas dulu agar tidak ada masalah nantinya,” beber Rudy, panggilan akrabnya. 

Diketahui, selain Edy, kandidat kuat lainnya adalah Erwin Aksa dan mantan Panglima TNI Moeldoko.

Erwin saat ini masih menjadi bos Bosowa Group. Sementara itu, Moeldoko sudah pensiun dari jabatannya sebagai Panglima TNI.

Ketua Asprov PSSI Sulawesi Utara, Jackson Kumaat juga berharap  Edy Rahmayadi mundur dari TNI jika ingin maju sebagai ketum PSSI.

"Figur ketua umum PSSI harus merdeka dari jabatan institusi negara atau partai politik," kata Jackson, dalam keterangan persnya. Dia juga tak setuju jika PSSI dipimpin politikus.

“Sosok ketum jangan dari parpol. Karena kalau disangkut-sangkutkan dengan politik, sepak bola bakal rusak,” imbuhnya.

Jackson terang-terangan mendukung sosok yang memiliki ketegasan dan kedisiplinan tinggi.

Dia juga tak ingin kongres nanti hanya memilih ketua umum. Dia berharap agenda itu menjadi momentum reorganisasi bagi semua organisasi di bawah PSSI.

Jackson mengatakan, PSSI era baru harus bisa membawa Indonesia berprestasi di kancah internasional.

“Ketum baru harus punya komitmen membesarkan sepak bola. Sebagai tuan rumah, punya target di Asian Games, minimal membawa Indonesia ke semifinal. Bahkan harus berani berjanji Indonesia masuk final,” katanya.

Dia juga berharap  sepak bola Indonesia benar-benar masuk era industri. Sebab, Indonesia memang memiliki potensi besar untuk mewujudkannya. “Industri pemain sepak bola betul-betul diwujudkan,” ujarnya.

Sementara, saat pendaftaran di Gedung Papabri pada 5 Septmber lalu, Moeldoko sudah melontarkan ambisinya untuk memajukan sepak bola Indonesia.

“Sepak bola sudah sangat-sangat lama dan berkepanjangan mengalami masa-masa sulit. Saatnya sepak bola kembali ke kedigdayaan sepak bola itu sendiri. Sepak bola di jalurnya, sepak bola berjuang menuju prestasi,” ujar Moeldoko di depan awak media kala itu.

Saat itu, Moeldoko juga menyampaikan bahwa sepak bola Indonesia harus kembali meraih prestasi di level internasional. Seperti diketahui, terakhir kali Indonesia meraih gelar bergengsi adalah SEA Games 1991. (rl/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mancini Jadi Kandidat Pelatih Valencia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler