Letusan Gunung Agung Akibatkan Kerugian Rp 11 Triliun

Sabtu, 30 Desember 2017 – 19:55 WIB
Abu vulkanik yang diluncurkan Gunung memiliki dua warna berbeda, putih dan kelabu. Ini salah satu keunikan Gunung Agung yang tidak dimiliki gunung lain. Foto: Alit Binawan/Radar Bali

jpnn.com, JAKARTA - Kurang lebih 2.000 bencana tercatat menerjang Indonesia sepanjang 2017.

Hal ini mengakibatkan 377 orang tewas dan 2,5 juta jiwa mengungsi. Bencana-bencana itu juga mengakibatkan kerugian sekitar Rp 13 triliun.

BACA JUGA: Pesan Penting di Balik Presiden Gelar Rapat Terbatas di Bali

Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan, terdapat 2.341 kejadian bencana selama 2017.

"Sekitar 99 persen adalah bencana hidrometeorologi, yaitu bencana yang dipengaruhi cuaca dan aliran permukaan," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

BACA JUGA: Gunung Agung Bergemuruh, Tanah pun Bergetar

Selain bencana hidrometeorologi, ada bencana gempa bumi. Data BMKG menunjukkan, selama 2017 telah terjadi 6.893 kali gempa.

Sebanyak 208 gempa berkekuatan 5 skala Richter (SR), yang getarannya terasa ada 573 kali.

BACA JUGA: Pengungsi Gunung Agung Keluhkan Kebijakan PLN Segel Listrik

Sebanyak 19 di antaranya menimbulkan kerusakan. Dampak gempa yang merusak adalah gempa 6,9 SR di barat daya Tasikmalaya yang merusakkan lebih dari 5.200 rumah.

"Artinya, kalau dirata-rata, setiap hari terjadi 19 kali gempa di Indonesia," ujar Sutopo.

Bencana-bencana di Indonesia itu telah tercatat merenggut 377 nyawa. Membuat 1.005 orang mengalami luka-luka serta 3.494.319 orang mengungsi dan menderita.

Bencana juga merusak 47.442 rumah dengan 10.457 di antaranya rusak berat.

Sutopo menjelaskan, bencana tanah longsor adalah yang paling mematikan. Mencabut 156 nyawa, melukai 168 orang, serta membuat 52.930 jiwa mengungsi dan menderita.

Kematian akibat bencana tersebut kadang disebabkan longsor yang skalanya kecil.

Kadang mengakibatkan satu keluarga meninggal dunia. Hal itu disebabkan jutaan masyarakat tinggal di daerah-daerah rawan longsor dengan kemampuan mitigasi yang belum memadai.

"Penataan ruang masih belum memperhatikan risiko bencana. Banyak masyarakat yang tinggal di daerah rawan," katanya.

Bencana yang tak kalah merusak adalah siklon tropis Cempaka yang terjadi pada 27-29 November 2017.

Menebarkan bencana di 28 kabupaten/kota di Jawa. Banjir, longsor, dan puting beliung yang ditimbulkan menjadi penyebab 41 orang tewas, 13 orang luka-luka, dan 4.888 rumah rusak.

Daerah yang paling terdampak adalah Pacitan, Wonogiri, Kulon Progo, dan Gunungkidul karena berdekatan dengan posisi siklon tropis Cempaka.

Dari persebarannya, daerah paling banyak mengalami bencana adalah Jawa Tengah dengan 600 kejadian, Jawa Timur (419), Jawa Barat (316), Aceh (89), dan Kalimantan Selatan (57).

Kerugian materiil diperkirakan menembus belasan triliun rupiah dan masih akan terus bertambah.

Kerugian ekonomi paling besar adalah dampak erupsi Gunung Agung di Bali.

Penetapan status awas sejak September hingga Desember 2017 telah menimbulkan kerugian ekonomi yang diperkirakan mencapai Rp 11 triliun.
"Kerugian ini sebagian besar berasal dari kredit macet masyarakat yang harus mengungsi dan dari sektor pariwisata," katanya.

Sutopo menambahkan, bencana sangat memerosotkan ekonomi masyarakat, terutama yang berlangsung terus-menerus.

Misalnya erupsi Gunung Sinabung serta banjir di daerah Dayeuhkolot, Baleendah, dan sekitar Sungai Citarum.

"Banjir melanda masyarakat sekitar 10 sampai 15 kali setahun," ucapnya.

Indonesia, imbuh Sutopo, kenyataannya adalah "supermarket bencana". Namun, semua pihak harus berusaha menjadikannya pelajaran sebagai "laboratorium bencana".

Pelajaran untuk meminimalkan risiko, mengurangi deforestasi, menyelamatkan daerah aliran sungai (DAS) kritis, menormalisasi aliran air, serta menata ruang kembali.

"Pembangunan di semua sektor harus memperhatikan hal-hal itu," tutur dia. (tau/c9/ang/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Dekat Gunung Agung Terpaksa Panen Lebih Awal


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler