Lewat Program CSA, Petani Pinrang Siap Hadapi Perubahan Iklim

Rabu, 14 September 2022 – 11:38 WIB
Pelatihan CSA atau pertaniian cerdas iklim yang dilaksanakan di Kelompok Tani Mappasituju 1, Keluraham Sipatokkong, Kabupaten Pinrang, Jumat (10/9). Foto: Humas Kementan

jpnn.com, PINRANG - Climate Smart Agriculture (CSA) atau pertanian cerdas iklim terbukti mampu membantu ribuan para petani di daerah.

CSA berhasil melahirkan petani-petani cerdas yang mampu beradaptasi dengan kondisi iklim sekitarnya.

BACA JUGA: ASN Mesum di Mobil, Hubungan Seksual Selalu Direkam, Lihat Tuh

Di Provinsi Sulawesi Selatan, CSA yang notabene bagian dari Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) memberikan kemajuan terhadap sistem pertanian di sana.

Sebagai penerima manfaat SIMURP, Ketua Kelompok Tani Watang Kabupaten Pinrang Sawitto Mukhlis mengatakan kehadiran CSA SIMURP memperkuat basis pengetahuan petani di daerahnya.

BACA JUGA: Amarah Kombes Ino Harianto Sambil Mengangkat Celurit di Depan Pelajar

Sebelumnya, kata Sawitto mereka hanya mengandalkan penanda alam yang merupakan warisan nenek moyang.

"Sudah turun-temurun. Misalnya dalam melakukan penetapan musim kemarau dan musim hujan. Tetapi, pada beberapa tahun terakhir ini mulai bergeser dan tidak lagi efektif," ujar Mukhlis.

BACA JUGA: Perempuan PNS Bikin Geger Gedung Wakil Rakyat, Mobil Terparkir di Basemen

Mukhlis berbicara demikian saat didapuk menjadi narasumbber giat pelatihan CSA atau pertaniian cerdas iklim yang dilaksanakan di Kelompok Tani Mappasituju 1, Keluraham Sipatokkong, Kabupaten Pinrang, Jumat (10/9).

Dijelaskan Mukhlis, adanya pemanasan global menyebabkan lapisan es di daerah kutub mulai mencair, menjadikan naiknya permukaan air laut.

Karena itu, cuaca terkadang menjadi ekstrem dan dengan cepat berubah tanpa bisa diprediksi lebih awal.

Cuaca yang selalu berubah-ubah, menurut Muklis telah memberi dampak pada semua sektor tidak terkecuali pertanian.

"Itu terlihat dari adanya perubahan waktu musim hujan yang berdampak terhadap bergesernya beberapa jadwal turun sawah dan beberapa jenis hama atau OPT yang menyerang," jelas Mukhlis.

Dia memaparkan bahwa Kabupaten Pinrang untuk bulan Agustus seharusnya memasuki musim kemarau, tetapi kenyataannya masih ada hujan yang menyebabkan adanya serangan hama tikus.

Jika merujuk pada tahun-tahun sebelumnya, hama tikus biasanya hanya menyerang pada bulan Mei dan Juni karena intensitas hujan akan tinggi di dua bulan tersebut.

Menyinggung tujuan dari pelatihan ini, Muklis berharap dengan adanya kegiatan seperti ini, maka akan lahir petani-petani yang mampu secara cerdas membaca iklim saat mulai melakukan usahataninya hingga bisa menyesuaikan dengan kondisi alam.

"Dengan adanya pelatihan ini, kami berharap akan mulai ada penyesuaian iklim oleh teman-teman petani pada saat melakukan usaha taninya, terutama jadwal turun sawah dan pemilihan varietas yang cocok untuk ditanam," kata Muklis.

Muklis mengutip pendapat dari Khomsan et all bahwa pertanian cerdas iklim merupakan suatu sistem pertanian di mana transisi sistem produksi pertanian dilakukan dari pertanian konvensional (konsentrasi pada peningkatan produksi) menuju suatu pendekatan yang terintegrasi untuk menghadapi tantangan perubahan iklim atau climate change.

Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk terus mendorong inovasi pertanian yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim.

Menurutnya, Kementan harus bisa membaca perubahan iklim dan beradaptasi, di antaranya melalui teknologi CSA yang sedang digaungkan melalui Program SIMURP.

Mentan menambahkan bahwa Program SIMURP merupakan program utama Kementan yang harus didukung oleh semua pihak.

Melalui Program SIMURP diharapkan petani penerima manfaat SIMURP dapat meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian dengan mengedepankan penggunaan air yang efisien serta tanpa bergantung pada kondisi iklim yang berubah.

“Dengan hadirnya SIMURP diharapkan mampu mengembangkan kemampuan manajerial penyuluh dan pengelola di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP),” ujar Mentan Syahrul.

Menurut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, Kementan akan mengembangkan pertanian dengan memaksimalkan BPP Kostratani sebagai acuan untuk menciptakan pertanian yang tangguh menghadapi krisis iklim. (rhs/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Yang Pernah Berhubungan dengan Karyawan Konter Hp Ini Siap-Siap Saja, Polisi Sudah Bergerak


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler