LGBT

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 21 September 2021 – 22:12 WIB
Ilustrasi LGBT. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - Banyak yang terkaget-kaget ketika beberapa waktu belakangan ini terungkap bahwa konten-konten yang mengandung kampanye Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender atau LGBT sudah menyasar anak-anak melalui kanal di Youtube.

Terungkap bahwa konten yang mempromosikan LGBT sudah beredar di kanal Youtube Kids yang khusus diperuntukkan bagi anak-anak.

BACA JUGA: Ada Video Bernuansa LGBT di Konten Anak YouTube? HNW Ingatkan Begini

Otoritas pemerintah bertindak cepat memblokade konten-konten itu. Banyak orang tua yang cemas dan mengungkapkan kekhawatirannya terhadap fenomena itu.

Kasus ini seperti puncak gunung es yang terlihat hanya ujung permukaannya saja. Di bawah ujung es itu terdapat gunung raksasa, yang kokohnya mengalahkan karang dan bisa membuat hancur kapal sebesar apa pun yang menabraknya.

BACA JUGA: LGBT Afghanistan Bersembunyi karena Takut Dirajam oleh Taliban

Kampanye LGBT menyusup pelan-pelan, tetapi masif. Publik tidak sadar bahwa secara perlahan-lahan mereka digiring untuk mengakses konten-konten LGBT secara halus. Tanpa disadari tiba-tiba saja konten-konten LGBT sudah mengepung sekitar kita.

Coba perhatikan, setiap kali Anda menonton televisi, ada iklan produk anak-anak, seperti makanan, minuman, dan mainan dengan warna-warni pelangi, merah kuning, hijau.

BACA JUGA: Larang Penggunaan Warna Pelangi Simbol LGBT, PM Hungaria Akhirnya Batal Nonton Euro 2020

Bagi yang tidak sensitif, warna-warni itu tidak berarti apa-apa. Namun, sebenarnya warna-warni pelangi itu merupakan lambang dari bendera “Pride’’ yang menjadi simbol perjuangan LGBT.

Mungkin ada yang menuduh sensi atau parno. Namun, kalau warna-warni ‘’Pride’’ itu kita saksikan dan kita terima setiap hari, dan menganggapnya sebagai hal yang wajar, maka pintu masuk pun terbuka bagi anak-anak untuk menerima LGBT atas nama toleransi. LGBT akan dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan normal.

Para selebritas transgender sekarang tampil lebih terbuka dan lebih pede, karena publik sekarang juga lebih permisif.

Para selebritas transgender itu punya puluhan ribu follower, dan menganggap mereka sebagai role model yang pantas ditiru. 

Kampanye masif LGBT masuk melalui kampanye gender yang halus tidak terasa. Manusia normal hanya mengenal dua jenis gender, yaitu pria dan wanita. Namun, sekarang orang—sadar atau tidak—harus menerima munculnya fenomena gender ketiga. 

Gender ketiga adalah gender antara pria dan wanita atau trans-gender. Seorang pria berubah identitas gender menjadi wanita dan sebaliknya. Dahulu, masyarakat awam menyebutnya sebagai banci, wadam, atau waria. 

Wadam atau “wanita Adam” pernah menjadi istilah yang populer pada 1980-an. Sekarang istilah itu sudah tidak pernah terdengar lagi. Banyak kalangan menganggap istilah itu melecehkan nama nabi. 

Kemudian pada dekade berikutnya muncul istilah “waria” atau wanita-pria. Istilah ini beredar luas di lingkungan masyarakat dan media.

Namun, istilah ini kemudian tidak pernah lagi dipakai di media karena dianggap melecehkan, dan diskriminatif. Lalu muncullah istilah transgender yang dianggap lebih akomodatif sekaligus permisif. 

Pada dekade 1980-an, wanita yang melakukan praktik prostitusi disebut sebagai pelacur atau wanita tunasusila (WTS). Namun, belakangan, seiring dengan meluasnya kampanye gerakan gender oleh aktivis feminisme, istilah itu tidak dipakai lagi karena dianggap diskriminatif. 

Sebagai gantinya muncul istilah “pekerja seks komersial” (PSK). Dengan sebutan ini seorang perempuan yang memberikan layanan seksual kepada konsumen umum dengan imbalan uang, disamakan dengan pekerja yang bekerja di sektor ekonomi produktif lainnya. 

Beberapa waktu belakangan ini muncul fenomena praktik di gay (hubungan sesama jenis pria) di lingkungan TNI dan Polri. Dua orang prajurit TNI dipecat dan dihukum karena melakukan hubungan sejenis. 

Di lingkungan Polri seorang jenderal bintang satu diperiksa karena dugaan praktik hubungan sejenis. Diperkirakan sudah ada kumpulan terselubung pelaku hubungan sejenis di lingkungan TNI-Polri. 

Di Surabaya, komunitas LGBT berkembang luas dan mempunyai tempat-tempat khusus untuk rendezvous. Lokasi ngeber—istilah untuk rendezvous--paling populer dan paling banyak dikunjungi LGBT Surabaya adalah Taman Bungkul.

Mereka menyebutnya sebagai Istanbul atau Istana Taman Bungkul. Di tempat ini puluhan LGBT berbaur jadi satu dengan warga yang mengunjungi taman di malam-malam akhir pekan.

Ada juga Pantai Pattaya yang letaknya di bantaran sungai sekitar Monumen Kapal Selam. Karena lokasinya di pinggir kali, kalangan LGBT menyebutnya Pantai Pattaya untuk menyamakannya dengan lokasi wisata pantai terkenal di Thailand.

Selain dua tempat itu ada juga yang disebut Texas, yang terletak di sekitar patung perjuangan di seberang terminal Wonokromo. Beberapa lokasi lain yang menjadi tempat ngeber kelas bawah ada di sekitar bundaran Waru, di bawah lintasan tol Gunungsari, di area makam Kembang Kuning.

Di berbagai kota besar dan kecil komunitas LGBT bermunculan terang-terangan maupun tersembunyi. Di Jakarta tidak terhitung berapa kali polisi menggerebek pesta kelompok gay.

Di kota kecil seperti Sukabumi kelompok LSL—Lelaki Suka Lelaki—mencapai empat ribu orang. Mereka membuat situs medsos yang beranggotakan ribuan.

Secara resmi, Indonesia hanya mengakui dua gender pria dan wanita.

Namun, beberapa negara di dunia sudah mengakui dan mengakomodasi gender ketiga. Australia secara resmi mengakui gender ketiga dan bahkan ada anggota parlemen transgender.

Negara Asia yang mengakui gender ketiga adalah Nepal dan India. Di negara-negara itu pernikahan sesama jenis diakui dan disahkan oleh negara.

Di Amerika, Pete Buttigief, wali kota gay dari South Bend, Indiana, berani mencalonkan diri sebagai presiden pada pilpres 2020. Buttigieg gagal mendapatkan rekom dari Partai Demokrat, tetapi sekarang diangkat menjadi menteri perhubungan di kabinet Joe Biden.

Negara-negara Eropa dan Amerika adalah pendukung utama LGBT. Bendera pelangi logo LGBT berkibar di mana-mana. Bahkan di Amerika Mahkamah Agung sudah membuat keputusan yang melarang pemecatan praktisi LGBT dari pekerjaan atau institusi.

Fenomena LGBT akan menjadi ancaman serius di Indonesia, karena gerakan ini sudah menjadi gerakan internasional yang didukung secara terbuka dan didanai oleh perusahaan multinasional dunia.

Gerai kopi terbesar di dunia Starbucks, secara terbuka menyatakan dukungan terhadap LGBT dan pernikahan sejenis. Perusahaan multinasional raksasa yang mendukung LGBT adalah Coca-Cola, Facebook, Nike, Adidas, Google, Pepsi, Apple, Toyota, Honda, Oreo, Microsoft, Unilever, dan banyak lagi yang lainnya.

LGBT didukung luas di sebagian besar negara dunia. Tidak akan lama lagi pemerintah Indonesia akan mendapat tekanan yang lebih besar untuk mengakomodasi LGBT.

Masyarakat tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah untuk membendung pengaruh LGBT. Masyarakat harus memakai kekuatannya untuk memboikot produk-produk perusahaan pendukung LGBT.

Tidak usah ngopi di Starbucks. Jangan pakai produk Nike dan Adidas. Jangan minum Coca-Cola dan Pepsi. Jangan pakai Honda dan Toyota. Jangan makan Oreo. Hentikan pakai produk Apple dan Microsoft. Bisa? (*)


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
LGBT   Gay   Lesbian   Cak Abror  

Terpopuler