jpnn.com - DHARMASRAYA – Ada yang menarik dari Festival Pamalayu diselenggarakan Pemkab Dharmasraya, Sumatra Barat, yang didukung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Dalam fesitval budaya yang merupakan bagian dari Kenduri Swarnabhumi tersebut tampak keterlibatan beberapa anak berkebutuhan khusus (ABK) menampilkan bakat dirinya.
BACA JUGA: Kenduri Swarnabhumi Menghubungkan Kembali Masyarakat & Lingkungan Sungai Batanghari
Salah satu di antaranya bernama M Yahya Jhonasri Dia murid Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Pulau Punjung yang memiliki keterbatasan mendengar dan berbicara.
Biasanya jika ingin menyampaikan suatu keinginan, Yahya menggunakan gestur tubuhnya.
BACA JUGA: Putri, Bripka RR, Bharada E, dan Ferdy Sambo Berkumpul: Siapa yang Sanggup Menembak Brigadir J?
Kendati demikian, dalam stand khusus artefak kuno yang disiapkan panitia, Yahya mampu menunjukkan bakat melukisnya.
Yahya dan beberapa ABK lainnya diundang istimewa untuk mengikuti perhelatan Festival Pamalayu.
BACA JUGA: Siswa SMP Tewas Ditusuk di Sekolah, Pelakunya Tak Ada yang Menyangka
Banyak karya lukisan telah dihasilkan Yahya meski seorang siswa ABK. Karya lukisannya dapat ditelusuri di sekolah maupun rumahnya di Silago.
Yahya dapat disebut ABK yang menginspirasi dan memberikan motivasi. Bayangkan saja, dengan keterbatasan fisiknya ternyata Yahya adalah siswa perantau yang jarak rumahnya ke sekolah sepanjang 48 kilometer.
Bukan itu saja, Yahya pun selama perantauan sudah menjalani hidup mandiri selama 11 tahun lamanya dan tinggal di Rusunawa Pulau Punjung.
Yahya ingin menunjukkan kepada masyarakat, terutama sesama ABK sepertinya, bahwa keterbatasan fisik bukanlah hambatan untuk memiliki keterampiilan diri.
Justru Yahya makin piawai dalam bakat melukis selama bersekolah di SLB Negeri 1 Pulau Punjung di bawah bimbingan Eri Cahyabudi, seorang Sarjana Pendidikan Seni Rupa.
Yahya dan rekannya sesama siswa ABK lainnya membuat tertegun kalangan masyarakat yang menghadiri Festival Pamalayu. Karya lukisan Candi Borobudur dan pemandangan alam dihasilkan Yahya dari kelincahan tangannya.
Sekretaris Daerah Kabupaten Dharmasraya Adlisman mengatakan ajang Festival Pamalayu dilaksanakan memang melibatkan seluruh kalangan masyarakat tanpa terkecuali, mengoptimalkan potensi dan keunggulan yang ada.
“Salah satunya seperti ikut sertanya siswa ABK yang menunjukkan keterampilan, bakatnya, dalam melukis cagar budaya secara bagus yang tidak semua orang dapat melakukannya. Ini menjadi motivasi bahwa keterbatasan itu bukan hambatan, justru dapat dioptimalkan,” ucap Adiisiman, Minggu (21/8).
Dengan andilnya siswa ABK seperti Yahya, menurut Adiisman, Festival Pamalayu mampu mengombinasi potensi seluruh masyarakat untuk terlibat dalam pemajuan kebudayaan, khususnya di Kabupaten Dharmasraya.
Pelibatan masyarakat berkebutuhan khusus akan menjadi motivasi kepada lainnya agar dapat mengembangkan bakat dirinya lagi lebih baik.
Festival Pamalayu 2022 adalah ajang kedua kalinya digelar setelah 2019. Khusus tahun ini, menjadi bagian dari tangkaian Kenduri Swarnabhumi yang diinisiasi Kemendikbudristek sebagai upaya menghubungkan kembali masyarakat dengan lingkungan berbasis kearifan lokal.
Festival Pamalayu dijadwalkan digelar mulai 18-23 Agustus dengan mengusung tema Keselarasan Alam Raya.
Sejumlah acara ditampilkan dalam Festival Pamalayu antara lain, musikalisasi puisi Melayu dari para seniman lokal, penampilan produksi UMKM, serta sajian kuliner tradisi Sumatera Barat.
Selain itu, yang utama juga pameran dan diskusi mengenai cagar budaya.
Untuk diketahui, Kabupaten Dharmasraya adalah salah satu daerah yang dilalui alian Sungai Batanghari sehingga ikut menyelenggarakan Festival Pamalayu sebagai rangkaian kegiatan Kenduri Swarnabhumi. (rhs/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti