jpnn.com - Palestina gagal membujuk Liga Arab untuk mengeluarkan pernyataan resmi yang mengecam pemulihan hubungan antara Uni Emirat Arab dan Israel.
"Diskusi mengenai hal ini berlangsung serius. Dibahas secara komprehensif dan memakan waktu. Tetapi pada akhirnya tidak menghasilkan kesepakatan tentang rancangan komunike yang diusulkan oleh pihak Palestina," kata Asisten Sekretaris Jenderal Liga Arab Hossam Zaki kepada wartawan.
BACA JUGA: Telepon Donald Trump, Raja Salman Jawab Ajakan Bersekutu dengan Israel
Pemulihan hubungan Israel-UEA, yang ditengahi oleh Amerika Serikat, akan diresmikan pada upacara penandatanganan di Gedung Putih minggu depan.
Kesepakatan itu adalah perjanjian pertama antara Israel dan suatu negara Arab dalam lebih dari 20 tahun, dan sebagian didasarkan pada ketakutan bersama terhadap Iran.
BACA JUGA: Serbia Akui Yerusalem Ibu Kota Israel, Turki Cuma Bisa Prihatin
Palestina kecewa atas tindakan UEA dan khawatir khawatir bahwa langkah itu akan melemahkan posisi lama persekutuan negara-negara Arab menyangkut prakarsa perdamaian Arab.
Prakarsa itu berisi seruan bagi penarikan Israel dari wilayah pendudukan dan pengakuan terhadap negara Palestina, jika Israel ingin memulihkan hubungannya dengan negara-negara Arab.
BACA JUGA: Mengaku Dukung Palestina, Arab Saudi Tetap Fasilitasi Hubungan Intim Israel-UEA
"Kami telah meminta agar ada kecaman yang jelas atas pelanggaran inisiatif perdamaian Arab, tetapi permintaan kami tidak dipenuhi," kata Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki dalam komentar yang diterbitkan oleh kantor berita Palestina WAFA.
"Tapi kami juga berhasil mencegah dikeluarkannya pernyataan apa pun bahwa Arab mendukung atau mengizinkan Emirat melakukan penandatanganan pada Selasa untuk normalisasi hubungan dengan Israel."
Pernyataan Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan al-Saud tidak secara langsung menyebut kesepakatan soal pemulihan hubungan Israel-UEA.
Namun, ia mengatakan Riyadh mendukung pembentukan negara Palestina berdasarkan perbatasan yang ada sebelum perang Timur Tengah pada 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, menurut pernyataan yang dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil