Lihat Itu Kondisi Makam Ulama Syekh Abu Hamid, Lantainya Ambles Digerus Abrasi

Rabu, 18 Agustus 2021 – 08:15 WIB
Tangkapan layar, insert foto (kiri bawah) kondisi kubah makam Syekh Abu Hamid pada Sabtu (10/7/2021), dibandingkan kondisi saat ini atau setelah satu bulan lebih. Foto: ANTARA/dokumen

jpnn.com, SAMPIT - Makam Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As`ad Al Banjari, ulama asal Kalimantan Selatan di Pantai Ujung Pandaran Kotawaringin Timur, keberadaannya terancam akibat abrasi yang terus menggerus pantai tersebut.

Bupati Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Halikinnor mengatakan pemkab siap membantu penanganan makam ulama tersebut. Namun masih menunggu keputusan zuriat atau keluarga ulama.

BACA JUGA: Hatta Ziarah ke Makam Ulama Kediri Tengah Malam

"Semua itu keputusan ada yayasan zuriat. Mereka yang memutuskan dipindah atau tidak. Ini makam ulama. Kita tidak tahu di makam itu sekarang ada jasadnya atau tidak. Kalau mereka meminta merelokasi maka kita akan bantu," kata Halikinnor didampingi Wakil Bupati Irawati di Sampit, Rabu (18/8).

Pantai Ujung Pandaran yang berjarak sekitar 85 kilometer dari pusat kota Sampit merupakan objek wisata alam andalan Kotawaringin Timur karena pemandangannya yang indah.

BACA JUGA: Pengacara Habib Rizieq Tuduh Pengadilan Tinggi DKI Menzalimi Ulama

Di arah timur pantai itu terdapat kubah yang merupakan makam seorang ulama bernama Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As`ad Al Banjari.

Syekh Abu Hamid adalah buyut dari ulama terkenal di Kalimantan Selatan yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau lebih dikenal dengan sebutan Datu Kalampayan, dikenal luas dengan kitab karangannya berjudul Sabilal Muhtadin yang hingga kini banyak digunakan di sejumlah negara.

BACA JUGA: Dipimpin Mayor Sudarmin, Pasukan TNI Menyerbu Markas KKB, Sukses!

Kubah itu menjadi objek wisata religi dan banyak didatangi peziarah dari luar daerah. Namun kini keberadaannya terancam akibat abrasi yang terus menggerus pantai tersebut.

Jalan menuju kubah sudah terputus oleh abrasi sehingga peziarah harus menggunakan perahu motor.

Bahkan musala yang berjarak beberapa meter dari kubah tersebut, kini sudah ambruk akibat pondasinya ambles digerus abrasi yang dipicu kuatnya gelombang dari Laut Jawa menghantam pantai tersebut.

Pada Sabtu (10/7) lalu puluhan pegawai dikerahkan bergotong royong melakukan penanganan darurat dengan membuat tanggul dari ratusan karung berisi pasir.

Bupati Halikinnor bahkan ikut turun mencebur membuat tanggul darurat tersebut.

Sayangnya upaya itu tidak mampu menahan laju abrasi. Kini setelah sebulan lebih berlalu, abrasi mulai menggerus pondasi bangunan kubah tersebut. Sebagian lantai bahkan terlihat ambles sehingga lantai menjadi berlubang.

Video kerusakan kubah tersebut pun beredar di media sosial sehingga menimbulkan keprihatinan masyarakat. Jika tidak segera ditangani, dikhawatirkan kondisi kubah tersebut akan rusak parah.

Sementara itu Minggu (17/7) lalu rombongan zuriat Datuk Kalampayan Ketua Zuriatul Arsyadiyah Martapura, Hamdani Hamzah sudah bertemu dengan Bupati Halikinnor dan Penjabat Sekretaris Daerah yang juga Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Fajrurrahman di Sampit membahas masalah tersebut.

Halikinnor menegaskan, pihaknya sudah menyampaikan kondisi terakhir kerusakan kubah kepada pihak yayasan zuriat Datu Kalampayan.

Dia juga berharap segera ada keputusan dari pihak keluarga sehingga bisa dilakukan penanganan secepatnya.

"Pemerintah daerah prinsipnya mendukung apa keputusan pihak zuriat atau keluarga karena bukan kita pemerintah daerah yang memutuskan. Pemerintah daerah hanya membantu dan memfasilitasi dengan membangun maupun merelokasi," pungkas Bupati Kotawaringin Timur Halikinnor. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler