jpnn.com - BATAM - Harga tembakau yang anjlok membulatkan tekad Harianto, 50, untuk merantau ke Malaysia. Pasalnya, Harianto terlilit hutang, hingga diancam mau dibunuh gara-gara tembakau tersebut.
"Waktu tembakau tinggi, saya minjam lembu sama tetangga untuk membeli kebun. Kemudian harga turun, saya dikejar sama tetangga pake celurit mau dibunuh," ujarnya saat ditemui di Panti Rehabilitasi Sosial, Nilam Sari, Nongsa, Batam, Kepri.
BACA JUGA: Setnov Janji Umrahkan Pemulung di Surabaya
Pada saat tetangga yang mendatangi ke rumahnya dengan membawa senjata tajam, Harianto merasa tidak takut sama sekali pada saat itu.
"Saya bilang sama mereka yang datang, silahkan kalau mau bunuh saya. Saya tidak takut," katanya.
BACA JUGA: Tunda Saja, Proyek Flyover Dolog Tak Sesuai Rencana Tata Kota
Namun, karena rasa tanggung jawabnya terhadap keluarga dan utang dengan tetangga, ia pun memutuskan untuk berangkat ke Malaysia.
Selama merantaua di Malaysia, berbagai pekerjaan dilakukannya untuk menghidupi istri dan ketiga orang anaknya yang berada di Semarang.
BACA JUGA: Tiga Lokalisasi Bakal Ditutup, Lokasi Prostitusi Baru Muncul
"Saya kerja apa pun siap. Karena memang dahulu saya sering bantu ayah saya panen tembakau. Jadi sudah biasa kerja berat," tuturnya seperti diberitakan batampos (Jawa Pos Group) hari ini.
Pada saat sebelum dirinya pulang pada Rabu (2/11) subuh lalu. Harianto telah berada di Malaysia selama 1 tahun 4 bulan dan bekerja sebagai buruh bangunan, tepatnya di daerah Pahang.
"Kerja terakhir di sana plaster. Gaji per harinya itu dibayar 75 ringgit. Di sana kalau sudah siap pindah atau dikejar-kejar polisi,” terangnya.
Harianto juga menceritakan bahwa ia juga pernah ditangkap kepolisian Malaysia dan dihukum selama 3 bulan kurungan. "Di sana 3 bulan dihukum, makanannya susah. Masih enak di Indonesia," ungkapnya.
Walaupun pernah ditangkap, ia tidak pernah merasakan trauma sama sekali. Ia baru merasa trauma pada saat tenggelamnya kapal yang ditumpanginya Rabu.
"Saya tak ingin lagi, cukup ini terakhir. Nanti di kampung saya bilangin tetangga yang ingin ke Malaysia. Kalau jadi TKI lewat jalur benar, yang resmi lebih bagus," imbuhnya.
Yosef, korban selamat lainnya saat dijumpai di Panti Rehabilitasi Sosial Nilam Suri, Nongsa, tampak mengalami trauma berat. Ia terus menangis di sudut pendopo panti.
"Kondisinya trauma berat. Dia merasa sedih luar biasa atas kejadian ini. Kita sebagai saudaranya sangat bersyukur dia selamat, puji tuhan luar bisa," ujar Yan Cenong.
Lebih lanjut Yan mengungkapkan pada saat ini Yosef belum bisa ditanyakan apapun.
Bahkan pada saat keluarganya yang berada di Maumere Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak mengerti apa yang diucapkannya.
"Keluarga sudah nelpon dia, tapi kata-katanya ngelantur. Gak ngerti kita apa yang di bilangnya," katanya.
Untuk menghilangkan rasa trauma Yosef yang berat, Yan membawa Yosef untuk jalan-jalan, agar kondisi kejiwaan Yosef membaik.
"Hari ini kita bawa jalan dulu, ajak makan-makan dulu. Supaya dia bisa membaik lah," imbuhnya.(cr1/ray/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kader Gerindra Menghina Ketum PBNU, Polisi Periksa 10 Saksi
Redaktur : Tim Redaksi