Menteri kelahiran Lampung 17 Mei 1962 yang hobi karate ini dibuat tertegun oleh aktivitas warga dalam rangkaian MKBJ jilid ke-2, yang diprakarsai Bank Mandiri dan INDOPOS itu. Warga begitu antusias, giat bergotong royong, gigih berkompetisi, dan pintar berinovasi untuk membuat wilayahnya menjadi lebih bersih, lebih hijau, lebih rapi, dan lebih sehat. “Saya sudah tidak sabar, ingin menyaksikan langsung apa saja kegiatan warga,” aku Zulkifli Hasan, yang amat terkesan dengan penjelasan Ketua RW, Diono itu.
jpnn.com - Warga pun buru-buru mempertontonkan karya-karyanya yang amat khas. Pertama, berhasil menyulap tempat pembuangan sampah seluas lebih kurang 5.000 meter persegi, menjadi kebun pilodendrum. Bunga yang diambil daunnya untuk kepentingan dekorasi indoors. Tempat sampah itu sudah tidak kelihatan lagi, sudah tertutup oleh hamparan hijau yang menyejukkan mata.
:TERKAIT Di tepian sungai yang mengalir deras itu, Zulkifli Hasan langsung menyeberangi jembatan bambu, yang dibuat warga secara swadaya. Warga juga menunjukkan di sisi lain kawasan itu, juga masih ada tumpukan sampah yang belum dikelola. Luasannya sampai 10.000 meter persegi. Warga bercita-cita besar untuk kembali menghijaukan kawasan itu dengan pohon serupa. Dibentengi dengan tanaman keras, diisi dengan bunga yang produktif itu. “Kami ini kewalahan Pak Menteri, permintaan begitu banyak, lahan kami tidak cukup,” ucap Diono.
Kedua, yang membuat Zulkifli geleng-geleng kepala adalah temuan warga untuk membudidayakan pohon mangga dan buah-buahan lainnya. Yakni dengan cara infus, memasukkan cairan ke batang yang dibor dulu. “Dengan cara ini, pohon buah-buahan tidak berhenti berbuah, tidak mengenal musim, sepanjang tahun berbuah terus,” lanjut ketua RW sambil menunjukkan model infus tradisional, dengan bekas botol minuman yang dicat silver dan selang.
Ketiga, menteri yang berbasis pengusaha itu semakin dibuat penasaran, ketika warga menjelaskan soal budidaya lele, patin, gurami, mujahir dan nila di lokasi itu. Mereka memiliki 48 kolam dengan ikan yang berbeda ukuran, sehingga setiap saat bulan bisa dipanen. “Ini adalah sebuah ekosistem dan habitat yang sangat ideal. Tidak banyak tempat di Jakarta yang masih ideal seperti ini, memiliki ruang terbuka hijau yang luas, dan masyarakat yang kreatif dan mau bergotong royong. Hebat sekali,” puji Zulkifli Hasan.
Indikator sebuah kompleks itu ideal dari sisi lingkungan adalah kicauan si burung, warna-warni si kupu-kupu dan kedipan di kunang-kunang. Ayah empat anak yang menamatkan pendidikan sarjananya di Fakultas Ekonomi Universitas Krisnadwipayana 1996 dan S2 di Sekolah Tinggi Manajemen PPM Jakarta 2003 itu menyebut, manusia harus belajar dari burung-burung. “Sekarang, tidak banyak komunitas burung-burung yang hinggap di pepohonan di Jalan Sudirman sana? Mengapa? Mereka bisa merasakan polusi, air dan udara yang sudah tercemar, dan melebihi ambang batas ideal,” kata dia.
Kupu-kupu, juga bisa dijadikan indikator. Ketika si kupu-kupu yang sayapnya cantik itu berdatangan, di situlah keseimbangan lingkungan terjaga. Siklus kupu-kupu itu hidup dan berterbangan di pohon dan bunga, hanya 2-3 Minggu saja. Selebihnya akan bermetamorfosis lagi. “Kalau di sebuah kompleks banyak binatang kupu-kupu, berwarna-warni, maka di situ adalah kawasan yang berudara sehat,” kata Zulkifli.
Satu lagi, kunang-kunang. Yakni binatang yang perutnya menyimpan phosporisensi itu. Ketika gelap malam, binatang kecil-kecil itu menyala berkedip-kedip kuning kehijauan. Dulu, binatang ini bisa mempercantik sebuah sawah-sawah petani. Tetapi saat ini, menjadi binatang yang langka di Jakarta. “Kalau di sebuah tempat ada kunang-kunang, itu berarti daerah itu sangat subur, udara bersih, dan kondisi air baik. Kunang-kunang ini hanya bertahan hidup menyala selama 3-6 hari saja. Selebihnya punah,” ungkap dia.
Dari situlah, Menteri Zulkifli Hasan memberikan apresiasi yang amat tinggi atas konsep kegiatan bertitel Mandiri Kotaku Bersih Jakartaku ini. Dia memuji Bank Mandiri, yang mendorong gerakan cinta lingkungan, dengan berbagai tema kegiatan, dari bersih-bersih selokan, merapikan kawasan, manajemen sampah, sampai menanam pohon tanaman keras. “Kebetulan, bulan ini adalah Bulan Menanam 2012, dan temanya Hutan Kota. Kegiatan ini sangat cocok, menghutankan kota untuk paru-paru keseimbangan alam di perkotaan,” papar Zulkifli.
Salah satu catatan Zulkifli Hasan yang membuat audience terbelalak, adalah kaitan antara ruang terbuka hijau dengan derajad emosional warga. Jakarta ini RTH-nya, hanya 7 persen, jauh di bawah batas minimal ideal sebuah kota, yakni 30 persen yang sudah ditetapkan oleh Undang-Undang. “Karena itu, Jakarta menjadi tempat yang subur bagi orang emosi. Banyak demo, banyak protes, mudah marah, bernada keras, dan sebangsanya. Karena itu, dari lingkungan yang hijau, bersih dan tertata seperti ini, saya yakin emosi warganya semakin terkendali,” ujar Zulkifli yang dilanjutkan dengan menanam pohon di kompleks itu.
Seperti dipaparkan Direktur Finance and Strategy Bank Mandiri, Pahala N Mansyuri, MKBJ ini sudah berlangsung dua tahap, dan saat ini adalah penjurian tahap ke-2. Rencananya, Januari 2013 program yang diikuti 550 RT se DKI Jakarta ini akan diberikan award. “Jumlah itu meningkat lebih dari 100 persen dari MKBJ I, yang diikuti 250 peserta,” ungkap pria berkacamata itu.
Selain itu, ada local wisdom (baca: kearifan lokal) yang dipertandingkan dalam kegiatan ini. Karya kerajinan, kuliner, kesenian, apa saja yang menjadi ciri khas wilayah itu juga dijuri. MKBJ ini mendorong warga untuk produktif dalam suasana lingkungan yang bersih, sehat, hijau dan rapi. Kreativitas masyarakat bermacam-macam, dan mereka diberikan keleluasaan untuk menemukan keistimewaannya sendiri. “Kami dorong mereka terus mandiri, dengan kreativitas yang mereka miliki, dengan prinsip dari, oleh dan untuk warga masyarakat,” jelas Pahala N Mansyuri yang disimak serius oleh menhut.
Simpulan saya, MKBJ seri ke-2 ini mirip sebuah cara untuk mendulang “emas” dari bebatuan, menemukan “intan” dari dalam lumpur, mengeluarkan “mutiara” dari dekapan kerang di laut. MKBJ ini menemukan banyak kreativitas warga yang selama ini tidak diketahui. Selama ini seperti tersimpan dalam bebatuan, terpendam dalam lumpur, dan tersembunyi di dasar laut. Selamat bekerja bakti, sampai jumpa di kerja bakti Minggu depan! (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sensasi Badai Salju dari Empire State New York
Redaktur : Tim Redaksi