jpnn.com, HONG KONG - Unjuk rasa yang sudah berlangsung selama lima bulan terakhir telah menyebabkan Hong Kong dilanda resesi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pusat keuangan Asia itu tercatat negatif sepanjang 2019.
Dilansir Reuters, pekan lalu pemerintah regional mengumumkan langkah-langkah bantuan sebesar HKD 2 miliar dolar atau setara dengan Rp 3,5 triliun.
BACA JUGA: Polisi Nodai Masjid Kowloon, Begini Reaksi Umat Islam Hong Kong
Paket pendukung perekonomian senilai HKD 19,1 miliar atau setara dengan Rp 34 triliun juga disiapkan.
Sayangnya, usaha tersebut tidak membuat Hong Kong terhindar dari resesi. Pasalnya pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini mengalami penurunan.
BACA JUGA: Senator Amerika Kecam Perusahaan Pemasok Gas Air Mata Polisi Hong Kong
Di Kuartal II, angka pertumbuhan ekonomi Hong Kong berada di -0,4 persen. Alhasil pertumbuhan sepanjang tahun ini diperkirakan tidak akan mencapai angka 0-1 persen.
Sejak awal Juni lalu, unjuk rasa semakin meluas dan membuat Hong Kong terjebak dalam krisis politik dan ekonomi. Jumlah wisatawan anjlok, penjualan ritel menurun, pengangguran meningkat, hingga kebangkrutan terjadi di mana-mana.
BACA JUGA: Mahathir Yakin Tiongkok Bakal Kerahkan Militer ke Hong Kong
Dengan aksi protes yang tidak kunjung berhenti, pengunjuk rasa membakar toko-toko, merusak fasilitas umum, hingga melempar bom molotov ke arah polisi.
Unjuk rasa Hong Kong berawal dari penolakan terhadap RUU Ekstradisi yang memungkinkan pelaku kriminal di Hong Kong untuk diadili di wilayah Tiongkok daratan. Sesuai keinginan demonstran, pemerintah setempat akhirnya membatalkan rancangan undang-undang tersebut. Namun, demonstrasi sampai sekarang masih berlangsung. (rmol/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil