Lima gunungan itu adalah gunungan kakung, putri, gepak, pawuhan, dan darat. Terdiri atas hasil bumi seperti sayuran dan buah-buahan serta makanan yang sudah dibungkus, yang berisi nasi dan lauk.
Gunungan digiring 10 bregodo prajurit Keraton Jogjakarta. Sebelumnya, dilaksanakan upacara di Alun-Alun Utara yang ditandai dengan salvo ke udara. Baru setelah itu, gunungan dibawa ke halaman Masjid Gede untuk didoai para abdi dalem punokawan kaji.
Doa belum selesai, seorang pria langsung lompat ke gunungan kakung dan merebut kacang panjang yang berlimpah. Lalu, kacang panjang itu dia lemparkan kepada orang-orang yang juga berdesak-desakkan untuk mendapatkan gunungan.
Aksi itu segera diikuti banyak orang. Tak sampai lima menit, aksi rayahan berakhir dengan meninggalkan kerangka gunungan. Kebanyakan masyarakat yang menganggap isi gunungan itu berkah segera membawa pulang bagian yang didapat ke rumah masing-masing.
Pengageng keagamaan Keraton Jogja Kamaludiningrat menjelaskan, gunungan merupakan bentuk sedekah dari raja kepada para kawula (rakyat). Karena itu, bentuknya adalah hasil bumi, mengingat Jogja adalah daerah agraris.
Gunungan juga merupakan dakwah sang raja. Hal itu ditunjukkan dari gunungan kakung yang berbentuk "kerucut. "Kerucut itu artinya tauhid. Jadi, raja di sini berdakwah agar masyarakat bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa," tegas dia. (hed/tya/jpnn/c11/ca)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sehari, Dua Kebakaran Kembali Terjadi di Palu
Redaktur : Tim Redaksi