jpnn.com, BATAM - Lima perusahaan penanaman modal asing (PMA) hengkang dari Batam, Kepulauan Riau hingga Juli 2017.
Kelima investor itu tutup karena pengaruh kelesuan ekonomi global yang mempengaruhi permintaan pasar.
BACA JUGA: Berminat Jadi Guru Bahasa Inggris? Ini Ada Lowongan
Bahkan, tiga dari perusahaan tersebut juga telah merumahkan 1.384 karyawannya.
"Dua dari lima perusahaan tersebut bergerak di bidang perdagangan alat-alat berat seperti excavator dan industri yang bergerak di bidang elektronik," kata Kepala Sub Direktorat Pelayanan Modal BP Batam, Ady Soegiharto (20/7) di Gedung Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) BP Batam.
BACA JUGA: Kapal Pengangkut Satu Ton Sabu Itu akan Dipotong-potong
Namun, dia enggan menyebut nama kedua perusahaan tersebut. "Nilai investasi masing-masing adalah 1 juta dolar Amerika dan 1,2 juta dolar Amerika. Dan jumlah tenaga kerjanya mencapai 26 orang untuk dua perusahaan tersebut," jelasnya.
Kedua perusahaan cabut karena tidak bisa bersaing."Mereka datang pada tahun lalu dan sempat beroperasi, namun karena situasinya tidak kompetitif, karena tak ada yang beli produknya," imbuhnya.
BACA JUGA: Sulit Terdeteksi, Penyeludup Sabu 1 Ton Ternyata Gunakan Teknologi Antisadap
Kemudian ia menyampaikan kepada masyarakat agar jangan salah menafsirkan pernyataan Pemko Batam beberapa waktu lalu yang mengatakan ada 37 perusahaan yang tutup.
"Masyarakat mengira ke-37 perusahaan itu merupakan PMA semua, padahal beda," jelasnya.
Ady mengatakan ke 37 perusahaan tersebut sudah termasuk lima perusahaan PMA yang sudah cabut tersebut. Sedangkan perusahaan lainnya berasal dari perusahaan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) dan juga UKM.
"Ada bengkel, spa dan juga salon yang tutup. Jadi hanya sekitar lima PMA yang tutup hingga saat ini," ujarnya.
Memang pada saat pengurangan karyawan, perusahaan akan melapor kepada Disnaker Kota Batam.
"Jika ada pengurangan hingga 100 karyawan, Disnaker mengatakan perusahaan tersebut tutup, padahal tutup yang sebenarnya ya harus melapor ke BP Batam setelah menyelesaikan administrasinya," ungkapnya.
Sedangkan tiga perusahaan lainnya yakni PT Nidec Component Technology Indonesia yang bergerak di bidang industri komponen elektronika, PT Pacific Coating Batam yang bergerak di bidang usaha jasa industri untuk berbagai pekerjaan khusus terhadap logam dan barang-barang dari logam.
Dan terakhir PT Sivantos Hearing Solutions yang bergerak di bidang industri alat bantu pendengaran dan perlengkapannya.
"PT Nidec menginvestasikan modal USD2,5 juta dengan tenaga kerja yang dirumahkan sebanyak 661 tenaga kerja lokal dan 7 tenaga kerja asing," kata Direktur Promosi dan Humas BP Batam, Purnomo Andiantono.
Kemudian PT Pacific dengan investasi sebesar USD900 ribu memberhentikan 185 pekeja lokal dan 11 pekerja asing. Sedangkan PT Sivantos nilai investasi mereka USD610 ribu dengan 500 karyawan lokal dan 20 karyawan asing.
Menurut Andi, total nilai investasi tiga perusahaan asing tersebut sekitar USD4 juta dengan total 1.364 karyawan lokal dan 38 karyawan asing yang kehilangan pekerjaanya.
“Sepinya order jadi alasan mereka tutup,” pungkasnya.(leo)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mobil Dinas Bakal Diberi Tanda Khusus, Oh Ternyata Ini Tujuannya...
Redaktur & Reporter : Budi