jpnn.com, BATAM - Polisi menemukan fakta baru dalam pengungkapan kasus penyeludupan satu ton sabu dari Taiwan.
Hal itu diungkapkan Kapolda Kepri Irjen Pol Sam Budigusdian.
BACA JUGA: Modus Baru! Libatkan Oknum Polisi
Untuk menghindari terdeteksi aparat, para penyeludup menggunakan teknologi antisadap.
Sehingga komunikasi jaringan ini melalui ponsel, tak dapat dilacak pihak kepolisian.
BACA JUGA: Anggota Polisi Jalani Tes Urine Mendadak, Hasilnya Bikin Melongo
"Dan malah polisi kita yang disadapnya," kata Irjen Pol Sam Budigusdian, kepada Batam Pos (Jawa Pos Group), Kamis (20/7).
Namun aksi jaringan ini, dapat digagalkan berkat koordinasi dan kerjasama semua pihak. "Beacukai, Polisi Taiwan, Imigrasi dan pihak lainnya," tuturnya.
BACA JUGA: Mobil Dinas Bakal Diberi Tanda Khusus, Oh Ternyata Ini Tujuannya...
Bandar narkoba 1 ton sabu ini, kata Sam sudah mempelajari dengan detail kontur geografis wilayah Indonesia.
Sehingga mereka mengetahui, daerah mana yang memiliki pengawasan yang ketat dan lemah. "Sudah mereka petakan dan pelajari," ucap Sam.
Hal ini terbukti dari jalur masuk barang haram tersebut. Dari Taiwan komplotan ini menuju ke Thailand, lalu Malaysia dan sampai di wilayah Out Port Limit (OPL) di depan perairan Pulau Batam. Sam mengatakan dari pergerakan itu, jaringan ini diduga masuk melalui Kepri.
"Ternyata tidak," ujar Sam.
Kapal Wonderlust, tak meneruskan perjalanan ke Perairan Kepri. Dan malah menuju ke Selat Malaka dan menyusuri perairan barat Indonesia, yang terkenal ganas gelombang dan arusnya.
"Kami tak menduga mereka ambil jalan itu. Tapi saat pindah jalur ini, nakhodanya berganti. Nakhoda yang lebih mengerti (Perairan Barat Indonesia,red)," tuturnya.
Dan yang sampai ke Indonesia tersebut, kata Sam kurir yang disewa untuk membawa barang haram itu. "Oleh sebab itu kami akan lebih menguatkan lagi pengamanan dan pengawasan di jalur yang kami anggap rawan," ujarnya.(cr1/ska)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Segitiga Emas Peredaran Narkoba di Asia Tenggara
Redaktur & Reporter : Budi