Lima Sekolah di Batam Terpaksa Menumpang

Senin, 23 Januari 2012 – 01:44 WIB

BATAM - Gagalnya pembangunan empat sekolah baru di Batam pada tahun 2011 lalu membuat lima sekolah yang menumpang di sekolah lain bakal menumpang lebih lama lagi. Padahal, Pemko Batam sudah menargetkan sekolah-sekolah itu tak menumpang lagi tahun ini.

"Target kita seharusnya 2012 tidak ada lagi yang menumpang. Tapi karena proyek USB 2011 gagal, target itu terpaksa ditunda lagi," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Muslim Bidin, Minggu (22/1).

Muslim menyebutkan, lima sekolah yang saat ini masih menumpang antara lain SD 007 Seibeduk di Seidaun menumpang di SDN 001 Seibeduk, SMPN 43 Legenda menumpang di SMPN 12 Batam Centre, SMPN 44 Dapur 12 menumpang di salah satu SMP swasta dan SMPN 45 yang menumpang di SMPN 29 Tanjung Sengkuang serta SMAN 17 yang menumpang di SMPN 27.

Sekolah-sekolah tersebut, kata Muslim, terpaksa menumpang karena dari awal memang hanya dibuka sebagai kelas persiapan. Namun kondisi ini berlarut karena jumlah kelas yang dibuka melebihi batas maksimal, yakni dua kelas. Alasan dibukanya kelas persiapan tersebut karena faktor kebutuhan. "Kalau tidak dibuka kelas persiapan, makin banyak siswa yang tidak tertampung," kata Muslim.

Menurut kalkulasi Dinas Pendidikan Kota Batam, saat ini rasio jumlah ruang kelas di sekolah swasta dan negeri dengan jumlah siswa di Batam seimbang. Sayangnya, kebanyakan masyarakat lebih memilih sekolah negeri ketimbang sekolah swasta. Akibatnya, sekolah negeri dari tingkat SD hingga SMA kekurangan kelas. Sementara banyak sekolah swasta yang justru kekurangan siswa.

Untuk itu Muslim mengimbau supaya sekolah-sekolah swasta turut peduli dengan kondisi ini. Misalnya dengan terus menekan biaya sekolah di swasta. Sehingga masyarakat tidak lagi 'alergi' dengan sekolah swasta yang identik dengan biaya mahal.

"Lagipula sekolah swasta juga dapat bantuan dana BOS. Selain itu para gurunya juga kita bantu dengan insentif setiap bulan," kata Muslim.

Muslim mengakui, sekolah menumpang ini dapat memberikan beberapa dampak negatif bagi para siswanya. Di antaranya dampak psikologis siswa yang seirng menjadi objek sindiran karena sekolahnya menumpang. Selain itu, proses belajar mengajar menjadi tidak normal karena harus menerapkan sistem shift.

Di SDN 007 Seibeduk, sudah memasuki tahun ajaran kedua hingga saat ini masih menumpang di SDN 001 Seibeduk. Awalnya sekolah yang rencana pembangunan gedung sendiri tertunda masalah pematangan lahan ini menumpang di salah satu gedung pertemuan gereja di Seidaun. Namun karena masa kontrakan habis sekolah ini pindah ke gedung SDN 001.

Pembangunan gedung SDN 007 baru dianggarkan di tahun angaran 2012 dengan lokasi di Kavling Seidaun, Seibeduk belum juga terelalisasi. Ratusan siswa SDN 007 itu terpaksa melanjutkan tumpangannya mereka di lima lokal Gedung SDN 001 Seibeduk.

"Kelas I ada 3 lokal dan kelas II sebanyak 2 lokal," sebut seorang guru wanita berjilbab yang tak mau namanya disebutkan, pekan lalu.

Tidak hanya itu ruang guru dan Kepala Sekolah pun memanfaatkan salah satu ruang di sudut sekolah tersebut. Jam masuk belajar juga dipisah, kelas I masuk pagi dan kelas II masuk sore. Ditanya lebih lanjut tentang sekolah itu, guru wanita tersebut enggan berkomentar.

"Kami nggak berani menyampaikannya, karena takut salah. Nunggu Kepala Sekolah saja, tapi masih ada acara di pemko. Sedangkan Wakil Kepala Sekolah masih ngajar," ujarnya.

Hal yang sama juga terjadi di SMAN 17 Sagulung yang berlokasi di belakang kantor Lurah Seipelenggut. Sekolah yang baru menjalani tahun pertama itu, juga terpaksa memperpanjang tumpangan kegiatan belajar mengajar mereka di Gedung SMPN 27 Sagulung. Karena gedung sekolah yang dibangun oleh Pemprov Kepri dengan anggaran mencapai Rp1,2 Milliar kini mangkrak karena bermasalah dengan lahan pembangunan sekolah. Gedung sekolah yang sudah mencapai 50 persen pembangunan itu kini sudah tak dikerjakan lagi.

Padahal siswa SMAN 17 ditahun ajaran pertama mereka sudah mencapai 160 siswa. Dan kini mereka masih menumpang belajar di gedung SMPN 27 Sagulung yang lokasinya berdekatan dengan pembangunan gedung sekolah baru SMA itu. "Siswa kami (SMAN 17) belajar siang, karena pagi siswa SMP pakai," ujar guru olahraga SMAN 17, Farmili.(par/eja/nal/med/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pegawai Honorer Keluhkan Gaji


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler