The Week membeber lima teori yang menggambarkan situasi pemicu meledaknya kemarahan massa di Inggris itu
BACA JUGA: Tak Puasa, 56 Orang Ditangkap
Mary Riddel, doktor ekonomi dari University of Nevada, Las Vegas, kepada Telegraph menyatakan bahwa faktor pertamanya adalah kesenjangan"Bagaimana tidak? Saat London terbakar oleh amuk kerusuhan, kelompok masyarakat berkuasa justru sedang berlibur atau pesiar ke luar negeri," katanya mengritik para anggota parlemen yang sedang menjalani reses
BACA JUGA: Lompat dari Jendela Lima Meter, Lawan Perusuh dengan Tongkat
Sementara itu, PM David Cameron tengah berlibur ke Italia.Faktor yang kedua adalah kurang tegasnya polisi dalam menangani kerusuhan
BACA JUGA: Hakim Ukraina Tolak Bebaskan Tymoshenko
Saat itu, polisi tidak melakukan penangkapan dan penggerebekanAkibatnya, para perusuh dan penjarah dengan mudah beraksi.Yang ketiga adalah tingkat pengangguran pemuda yang cukup tinggiMelihat begitu masif dan terkoordinasinya kerusuhan itu, Doug Saunders selaku kolumnis di Globe and Mail, Kanada, menyatakan bahwa fenomena tersebut lebih berbahaya daripada hooliganismeBanyak pelaku penjarahan adalah remaja usia di bawah 20 tahun.
"Jelas, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap diri mereka sendiri dan tidak punya alasan untuk takut atau merasa bertanggung jawab atas tindakan mereka," ujarnya.
Faktor berikutnya adalah persoalan oportunisme yang parahMenurut jurnalis Brendan O"Neill, rusuh London bukanlah pemberontakan politik dari kelompok masyarakat miskin dan tertindas, melainkan menyebarluasnya perilaku nihilisme oleh sekelompok orang yang sengaja merampok anggota komunitas merekaFaktanya, sejumlah orang yang tidak kekurangan ikut ambil bagian dalam penjarahan itu.
Itulah sebabnya, kata sosiolog Paul Bagguley, dampak kerusakan dari kerusuhan tersebut amat besar"Penjarahan cenderung melibatkan skala masyarakat luas --anak-anak, perempuan, dan para orang tua-- karena tidak melibatkan kekerasan fisikBegitu banyak orang terlibat, lebih besar pula kerusakannya," tuturnya.
Terori yang terakhir terkait dengan persoalan rasBagi sebagian pelaku kerusuhan dan penjarahan, momen kali ini merupakan balas dendam atas perlakuan menyimpang dari polisi yang berlangsung selama bertahun-tahun"Itulah fakta yang memang banyak terjadi pada khususnya warga komunitas mayoritas berkulit hitam," ujar David Winnick, anggota parlemen Inggris, seperti dikutip The Guardian.
Kemarahan masyarakat kulit hitam akibat sering diusik polisi, yang terangkai dengan meningkatnya pengangguran dan terus melebarnya kesenjangan membuat mereka merasa tidak punya kesempatan hidup lebih baik"Itu menjadi racun mematikan," tulisnya(the week/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi London Salah Strategi
Redaktur : Tim Redaksi