BEKASI TIMUR - Derita pedagang di Blok II Pasar Baru Bekasi tak kunjung hilang. Listrik yang sejak tahun lalu dipadamkan PLN karena ulah pengelola pasar yang tidak menyetorkan iuran listrik, hingga kini tak kunjung beres. Pedagang masih mengandalkan genset pribadi.
Mereka yang tak memiliki genset terpaksa harus membayar ke pemilik genset. Itu pun hanya mendapatkan daya sebanyak 40 watt dengan biaya Rp20 ribu per hari. Sedikitnya ada 200 pedagang yang masih bertahan di blok tersebut.
Sontak, kondisi ini membuat beban mereka kian berat. Apalagi sejak harga BBM naik, praktis biaya operasional ikut naik.
Mesin pendingin daging yang digunakan Abay, misalnya, setiap bulan menghabiskan uang Rp 600 ribu. Dia menyewa genset listrik per harinya Rp20 ribu. Mesin itu digunakan untuk mempertahankan kesegaran daging dan ikan yang dijualnya.
"Kalau ada listrik kita paling cuma bayar Rp150 per bulan. Sekarang, hitung aja per hari Rp20 ribu kali 30 hari bisa sampai Rp600 ribu per bulan. Itu baru buat pendingin," keluh Abay yang mengaku sudah berjualan daging sapi sejak tahun 1994.
Abay tidak sendirian. Dia bersama puluhan pedagang lainnya di blok itu masih mengandalkan listrik dari genset salah satu pedagang.
Terpisah pedagang ayam, Ati (20), juga mengeluhkan minimnya penerangan sehingga memengaruhi kenyamanan pengunjung. "Ini udah lama, kondisi pasar jadi remang-remang," keluhnya.
Para pedagang menyebut pemutusan aliran listrik disebabkan tunggakan sebesar Rp 500 juta lebih. Padahal, pedagang sudah rajin membayar uang listrik. Namun, oleh orang yang bertugas mengumpulkan uang listrik, ternyata uangnya tak dibayarkan ke PLN. Para pedagang berharap permasalahan listrik segera bisa diatasi dan semua pedagang tidak banyak dirugikan. (one/jpnn)
Mereka yang tak memiliki genset terpaksa harus membayar ke pemilik genset. Itu pun hanya mendapatkan daya sebanyak 40 watt dengan biaya Rp20 ribu per hari. Sedikitnya ada 200 pedagang yang masih bertahan di blok tersebut.
Sontak, kondisi ini membuat beban mereka kian berat. Apalagi sejak harga BBM naik, praktis biaya operasional ikut naik.
Mesin pendingin daging yang digunakan Abay, misalnya, setiap bulan menghabiskan uang Rp 600 ribu. Dia menyewa genset listrik per harinya Rp20 ribu. Mesin itu digunakan untuk mempertahankan kesegaran daging dan ikan yang dijualnya.
"Kalau ada listrik kita paling cuma bayar Rp150 per bulan. Sekarang, hitung aja per hari Rp20 ribu kali 30 hari bisa sampai Rp600 ribu per bulan. Itu baru buat pendingin," keluh Abay yang mengaku sudah berjualan daging sapi sejak tahun 1994.
Abay tidak sendirian. Dia bersama puluhan pedagang lainnya di blok itu masih mengandalkan listrik dari genset salah satu pedagang.
Terpisah pedagang ayam, Ati (20), juga mengeluhkan minimnya penerangan sehingga memengaruhi kenyamanan pengunjung. "Ini udah lama, kondisi pasar jadi remang-remang," keluhnya.
Para pedagang menyebut pemutusan aliran listrik disebabkan tunggakan sebesar Rp 500 juta lebih. Padahal, pedagang sudah rajin membayar uang listrik. Namun, oleh orang yang bertugas mengumpulkan uang listrik, ternyata uangnya tak dibayarkan ke PLN. Para pedagang berharap permasalahan listrik segera bisa diatasi dan semua pedagang tidak banyak dirugikan. (one/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Yakin Hasyim Sejahterakan Binatang Ragunan
Redaktur : Tim Redaksi