JAKARTA - Catatan penderita Tuberculosis di Jawa Timur yang masih sangat tinggi turut mejadi perhatian Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU). Bekerjasama dengan United States Agency for International Development (USAID), program Cepat LKNU diluncurkan sebagai upaya penanganan.
Sekretaris LKNU Anggia Ermarini mengatakan, Kediri dipilih sebagai lokasi peluncuran dan pelaksanaan program Cepat LKNU karena memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur. Catatan ini menjadikan Kediri memiliki potensi yang lebih tinggi untuk penyebaran Tuberculosis.
"Tuberculosis itu penularannya lebih mudah dibandingkan dengan HIV/AIDS, karena hanya dengan berhadap-hadapan seperti ini saja sudah bisa menular. Sehingga daerah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, kemungkinan Tuberculosis menyebar juga tinggi," kata Anggi dalam siaran pers yang diterima jpnn.com, Senin (8/4).
Catatan yang didapatkan petugas lapangan LKNU menunjukkan, di awal tahun 2013 sudah ditemukan 3 penderita Tuberculosis di Kabupaten Kediri yang meninggal dunia. Sementara penderita yang berstatus DO (Drop Out), yaitu memilih berhenti mengkonsumsi obat sebanyak 1 orang. Penderita kambuh sebanyak 2 orang, dan 3 lainnya masih tercatat menjalani perawatan.
"Selain di Kediri, program Cepat LKNU juga akan dijalankan di Blitar, DKI Jakarta, Jawa Barat, Gorontalo, dan Sumatera Barat," tambah Anggi yang tercatat sebagai Dosen S1 dan S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Untuk realisasi program Cepat LKNU ini sendiri, sudah direkrut masing-masing 10 tenaga pendamping yang akan diterjunkan ke tengah masyarakat. Tugas mereka adalah memberikan penyuluhan kepada penderita dan keluarganya, serta pendampingan agar penderita bisa secara teratur megkonsumsi obat.
"Obat Tuberculosis sebenarnya sudah tersedia di Puskesmas, tapi masyarakat tidak tahu, atau ada yang tidak telaten untuk memeriksakan diri dan mendapatkan obat itu secara gratis. Di sinilah tugas pendamping," jelasnya.
Selain itu para pendamping juga berkewajiban memberikan penyuluhan ke masyarakat, menjelaskan jika Tuberculosis bisa disembuhkan, agar bagaimana tidak terjadi stigma negatif, bahkan sampai pengucilan penderitanya.(Fat/jpnn)
Sekretaris LKNU Anggia Ermarini mengatakan, Kediri dipilih sebagai lokasi peluncuran dan pelaksanaan program Cepat LKNU karena memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur. Catatan ini menjadikan Kediri memiliki potensi yang lebih tinggi untuk penyebaran Tuberculosis.
"Tuberculosis itu penularannya lebih mudah dibandingkan dengan HIV/AIDS, karena hanya dengan berhadap-hadapan seperti ini saja sudah bisa menular. Sehingga daerah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, kemungkinan Tuberculosis menyebar juga tinggi," kata Anggi dalam siaran pers yang diterima jpnn.com, Senin (8/4).
Catatan yang didapatkan petugas lapangan LKNU menunjukkan, di awal tahun 2013 sudah ditemukan 3 penderita Tuberculosis di Kabupaten Kediri yang meninggal dunia. Sementara penderita yang berstatus DO (Drop Out), yaitu memilih berhenti mengkonsumsi obat sebanyak 1 orang. Penderita kambuh sebanyak 2 orang, dan 3 lainnya masih tercatat menjalani perawatan.
"Selain di Kediri, program Cepat LKNU juga akan dijalankan di Blitar, DKI Jakarta, Jawa Barat, Gorontalo, dan Sumatera Barat," tambah Anggi yang tercatat sebagai Dosen S1 dan S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Untuk realisasi program Cepat LKNU ini sendiri, sudah direkrut masing-masing 10 tenaga pendamping yang akan diterjunkan ke tengah masyarakat. Tugas mereka adalah memberikan penyuluhan kepada penderita dan keluarganya, serta pendampingan agar penderita bisa secara teratur megkonsumsi obat.
"Obat Tuberculosis sebenarnya sudah tersedia di Puskesmas, tapi masyarakat tidak tahu, atau ada yang tidak telaten untuk memeriksakan diri dan mendapatkan obat itu secara gratis. Di sinilah tugas pendamping," jelasnya.
Selain itu para pendamping juga berkewajiban memberikan penyuluhan ke masyarakat, menjelaskan jika Tuberculosis bisa disembuhkan, agar bagaimana tidak terjadi stigma negatif, bahkan sampai pengucilan penderitanya.(Fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 19 Hari Kongres, HMI Gagal Pilih Ketum
Redaktur : Tim Redaksi