jpnn.com, JAKARTA - Lembaga Kajian Pendidikan dan Moderasi Beragama Indonesia (LKPMB Indonesia) sebagai bagian dari elemen masyarakat Pancasila menyadari pentingnya pengarusutamaan pendidikan moderasi beragama untuk menjawab tantangan bangsa hari ini berupa pandemi. Juga tantangan lain yang mungkin datang di masa depan.
“Melalui pendidikan moderasi beragama diharapkan persatuan Indonesia dapat makin kukuh, khususnya menghadapi era disrupsi yang makin sulit diprediksi,” kata Direktur Eksekutif LKPMB Indonesia Alfonsus B Say dalam siaran persnya pada Selasa (27/).
BACA JUGA: Syaiful Huda: Intelektual PMII Berperan Menguatkan Gerakan Moderasi Beragama
Atas kesadaran itu, menurut Alfons, LKPMB akan menyelenggarakan Webinar bertajuk “Penguatan Pendidikan Karakter Kebangsaan dan Moderasi Beragama di Masa Pandemi” pada Sabtu (31/7/2021) Pkl. 19.00 WIB – selesai.
Webinar ini akan dibuka secara resmi oleh Menteri Agama Republik Indonesia Yaqut Cholil Qoumas.
BACA JUGA: FKUB Kalimantan Barat Dorong Moderasi Beragama
Selain itu, akan hadir sebagai narasumber yakni Rektor Universitas Tarumanegara Prof. Dr. Agustinus Purna Irawan, Anggota Komisi X DPR RI My Esti Wijayati, Ketua Lakpesdam Nahdlatul Ulama Dr. H. Rumadi Ahmad, Direktur Kajian Pendidikan, Budaya dan Moderasi Beragama LKPMB Indonesia Tindra Matutino Kinasih.
Pendaftaran untuk webinar, dapat dilakukan dengan mengisi formulir pendaftaran melalui https://bit.ly/moderasiagama317 atau menghubungi Sdr. Wahyu 0852 3339 1604.
Alfonsus menekankan Webinar ini adalah iktikad elemen bangsa yang mencintai Pancasila untuk turut menjaga Indonesia.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan penguatan Pendidikan karakter kebangsaan dan moderasi beragama dapat dilakukan meski dibatasi oleh situasi pandemi. Terlebih Karakter kebangsaan dan semangat moderasi beragama, akan menjadi kunci penting bagi kita melewati tantangan bangsa, termasuk pandemi ini,” ujar Alfonsus.
Lebih jauh, melalui LKPMB Indonesia, pihaknya mengajak seluruh pihak yang peduli, terlebih para pendidik, pegiat sosial serta elemen masyarakat lain untuk bergabung dalam webinar perdana LKPMB Indonesia ini.
“Ini momen kita bersatu dan berkomitmen terhadap persatuan Indonesia, di tengah pembatasan sosial yang semakin menantang" pesan dosen STIE Unisadhuguna Jakarta ini.
Sebelumnya, LKPMB dalam siaran persnya menyebutkan tahun 2020 lalu hingga saat ini menjadi tahun yang berat dalam sejarah peradaban manusia abad modern.
Negara-negara di dunia mengalami krisis besar akibat pandemi Covid-19. Tragedi yang sebelumnya tak pernah terduga meskipun hanya dalam sebuah imajinasi kita, saat ini benar-benar hadir bersama kehidupan kita.
Manusia dibuat lumpuh tak berdaya di hadapan makhluk mikroskopis. Prestasi gemilang atas kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seketika runtuh karena sampai saat ini belum mampu memberikan jawaban pasti.
Kita memasuki masa yang tidak saja sulit tapi serba mengandung ketidakpastian. Virus Covid-19 yang tidak terlihat ternyata telah mampu merusak tatanan kehidupan sosial, ekonomi, budaya bahkan sampai religi.
Orang yang secara filosofis semestinya berinteraksi untuk berkomunikasi saat ini malahan terkondisikan untuk menjauhi kodratnya untuk berkomunikasi dan berinteraksi sebagai mahkluk sosial.
Sepanjang tahun 2020, kita semua telah menyaksikan dampak pandemi Covid-19 yang begitu mengenaskan. Kematian datang menjemput manusia setiap waktu.
Angka kemiskinan meningkat kian pesat. Kesejahteraan hidup hanya sebatas utopia. Berjuta-juta jiwa manusia kesulitan mencari makan.
Kecemasan dan ketakutan selalu membayang-bayangi. Kejahatan merajalela dan moralitas dibunuh hanya untuk bertahan hidup. Sungguh satu tahun yang kelam dan terasa amat panjang.
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo dalam Konferensi Pers Gugus Tugas Penanganan Covid-19, pada Senin, 1 Juni 2020 lalu mengingatkan.
Bahwa negara Indonesia dapat mengatasi pandemi Covid-19 bilamana kita mampu mengejawantahkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Mengutip pendapat Gubernur Lemhanas tersebut, kita meyakini dalam keadaan saat ini, suatu bangsa dituntut untuk menunjukkan nilai-nilai terbaik dari ideologi kebangsaan untuk dapat mengatasi tantangan pandemi COVID-19.
Keadaan ini mengandung semua nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam Pancasila, yaitu efektivitas pemerintahan yang berpadu dengan kepercayaan dan kepatuhan rakyat terhadap semua ketentuan yang diterbitkan pemerintah serta kesadaran pada masyarakat untuk menghubungkan kepentingan perorangan dengan kepentingan masyarakat, yakni dengan menjauhi sikap egosentris yang hanya memikirkan diri sendiri.
Pernyataan soal pengejewantahan nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi pandemi, merupakan suatu otokritik kebangsaan.
Sebab faktanya, hari ini tak hanya kesadaran bersatu sebagai bangsa yang memudar. Lebih dari itu, kemampuan memaknai solidaritas kebangsaan menghadapi pandemi pun lemah.
Oleh karena itu, tak heran kita mendengar adanya banyak perilaku tak patut terjadi selama pandemi seperti halnya pungli terhadap pemakaman korban Covid-19 non-muslim, pengusiran tenaga kesehatan hingga maraknya kabar-kabar hoaks bernuansa SARA.
Semua kondisi ini menjadi tantangan tersendiri sekaligus otokritik terhadap peran sektor Pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dan mencegah terjadinya segregasi sosial bernuansa keagamaan.
Pendidikan karakter kebangsaan dan semangat moderasi beragama, dalam hal ini perlu diperkuat sehingga seluruh upaya penanganan pandemi bisa berjalan secara holistik.
Oleh karena itu, perlu dukungan warga masyarakat yang memiliki kesadaran berbangsa serta gemar mendorong persatuan karena punya semangat moderasi beragama.(fri/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Friederich