jpnn.com, JAKARTA - Perluasan lockdown atau penguncian Covid-19 di China makin meluas sejak Arpil 2022. Lusinan kota dan pusat komersial Shanghai tutup membuat pekerja dan pembeli terkurung.
Aktivitas ekonomi China pun mendingin tajam, sebagian besar konsumsi, produksi industri, dan lapangan kerja menurun.
BACA JUGA: Hasil Lengkap Final Uber Cup 2022: Perjuangan Heroik Gadis Negeri Ginseng Kalahkan China
Data Biro Statistik Nasional menunjukkan penjualan ritel pada April menyusut 11,1 persen dari tahun sebelumnya, kontraksi terbesar sejak Maret 2020. Angka tersebut memburuk dari penurunan 3,5 persen pada Maret dan meleset dari perkiraan untuk penurunan 6,1 persen.
Hal itu menambah kekhawatiran ekonomi dapat menyusut pada kuartal kedua.
BACA JUGA: Cari Peninggalan Perang Dunia II, 13 Pendaki Hilang di Gunung China
Layanan makan di luar dihentikan di beberapa provinsi dan penjualan mobil China pada April anjlok 47,6 persen dari tahun sebelumnya.
Pembuat mobil memangkas produksi di tengah ruang pamer yang kosong dan kekurangan suku cadang.
BACA JUGA: Korea Vs China Masih Sama Kuat, Jadi Teringat Jakarta 1994
Langka memerangi virus mengganggu rantai pasokan dan melumpuhkan distribusi.
Produksi industri turun 2,9 persen dari tahun sebelumnya, terutama lebih buruk dari kenaikan 5,0 persen pada Maret di bawah ekspektasi untuk pertumbuhan 0,4 persen.
Angka tersebut merupakan penurunan terbesar sejak Februari 2020.
Guncangan juga menekan pasar kerja, yang diprioritaskan oleh para pemimpin China untuk stabilitas ekonomi dan sosial.
Tingkat pengangguran berbasis survei nasional naik menjadi 6,1 persen pada April dari 5,8 persen, tertinggi sejak Februari 2020 ketika berada di 6,2 persen.
Pemerintah bertujuan untuk menjaga tingkat pengangguran di bawah 5,5 persen pada 2022 dengan menciptakan lebih dari 11 juta pekerjaan, dan lebih disukai 13 juta pekerjaan perkotaan tahun ini,
Sebelumnya, Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan situasi pekerjaan negara itu "rumit dan suram" setelah wabah Covid-19 terburuk sejak 2020.
Investasi aset tetap pendorong utama yang diandalkan Beijing untuk menopang perekonomian karena ekspor kehilangan momentum.
Investasi aset meningkat 6,8 persen tahun-ke-tahun dalam empat bulan pertama, dibandingkan dengan perkiraan kenaikan 7,0 persen.(antara/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul