Lonjakan Kekayaan Keluarga PM Wen jadi Sorotan

Sabtu, 27 Oktober 2012 – 08:02 WIB
PM China wen Jiabao. Foto: Guardian
BEIJING - Kabar tidak sedap menghampiri Perdana Menteri (PM) Wen Jiabao. Sekitar sebulan menjelang berakhirnya masa jabatan politikus 70 tahun tersebut, koran asal Amerika Serikat (AS) New York Times membeberkan kekayaan tidak wajar keluarga Wen. Publik pun langsung menduga tokoh Partai Komunis itu korup.

"Keluarga inti dan sebagian kerabat Grandpa Wen (julukan Wen) mendadak menjadi kaya raya selama dia menjabat sebagai perdana menteri," tulis New York Times (NYT). Kemarin (26/10) harian yang berkantor pusat di Manhattan, New York, tersebut menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan investigasi mendalam sebelum akhirnya memublikasikan temuan itu.

Menurut NYT, sebagian besar kekayaan keluarga dan kerabat Wen berupa perhiasan, saham di sektor telekomunikasi, dan tabungan di rekening sejumlah bank. Konon, total kekayaan harta keluarga dan kerabat orang nomor dua Beijing setelah Presiden Hu Jintao tersebut mencapai USD 2,7 miliar atau setara dengan Rp 25,9 triliun. NYT menambahkan, investigasi itu dilakukan selama periode 1992-2012. 

Selain istri Wen, Zhang Beili, dan putra mereka, Wen Yunsong, NYT menyelidiki harta kekayaan adik laki-laki serta kakak ipar sang PM. Bahkan, dengan bantuan beberapa analis dan data resmi pemerintah, NYT juga memeriksa kekayaan ibunda Wen. Rata-rata kekayaan mereka menjadi berlipat ganda setelah Wen duduk di kursi PM.

"Istri Wen memang dikenal sebagai pakar perhiasan dan batu mulia. Tetapi, bisnisnya tidak pernah lancar dan mendadak sukses setelah sang suami menjadi PM," tulis NYT.

Putra Wen yang juga pebisnis pun mendadak menuai banyak keuntungan setelah ayahnya menjabat PM. Pada 2007 ibunda Wen tiba-tiba memiliki saham senilai USD 120 juta (sekitar Rp 1,15 triliun) di perusahaan asuransi Ping An.

Sebenarnya, kabar bahwa Wen menumpuk kekayaan sejak menjabat PM sudah terdengar sejak 2007. Apalagi setelah WikiLeaks memublikasikan berbagai dokumen rahasia milik kedutaan besar AS. Sayang, para penyidik tidak pernah menemukan perusahaan atau saham atas nama Wen.

Begitu berita tersebut beredar, Beijing langsung memblokir situs online NYT di Tiongkok. "Kami sangat menyayangkan penutupan situs berbahasa Inggris dan Mandarin kami di sana,‚" tutur juru bicara NYT Eileen Murphy.

Tetapi, Tiongkok bersikukuh pada kebijakannya. Mereka juga membantah seluruh berita miring tentang Wen itu dan menuding AS sengaja menjatuhkan nama baik Partai Komunis. (AFP/BBC/hep/c8/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Serang Pasar Malam, Taliban Jadi Korban

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler