jpnn.com - JPNN.com - Dua pelaku pembajakan pesawat akhirnya menyerahkan diri, setelah lebih dari empat jam menyandera Afriqiyah Airways, Jumat (23/12).
Dua pria yang mengaku sebagai loyalis almarhum Moammar Kadhafi itu menuruni tangga pesawat sambil angkat tangan. Kini duo pembajak asal Libya itu ditahan dan diinterogasi untuk mengetahui motif aksi mereka.
BACA JUGA: Setelah 37 Tahun, Salju pun Turun di Gurun Sahara
"Dua pria yang membajak pesawat domestik Libya dan mengalihkannya ke Malta telah menyerahkan diri,” tulis Perdana Menteri (PM) Joseph Muscat dalam akun Twitter resminya.
Informasi awal menyebutkan bahwa dua pria yang ditaksir berusia sekitar 20 tahun hendak mencari suaka politik di Malta.
BACA JUGA: Pasar Kembang Api Terbakar, 31 Tewas, 72 Terluka, 53 Orang Hilang
Pesawat yang lepas landas dari Kota Sabha itu dibajak saat dalam penerbangan menuju Kota Tripoli. Para pelaku memaksa pilot mengalihkan penerbangan ke Republik Malta yang berjarak 500 kilometer dari pesisir utara Libya.
Sekitar dua setengah jam kemudian pesawat yang mengangkut 118 penumpang dan tujuh orang kru tersebut mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Malta.
BACA JUGA: Teror Truk Renggut 12 Nyawa, 48 Terluka
Setelah hampir satu jam berada di landasan pacu, pintu pesawat akhirnya terbuka. Sejumlah penumpang tampak keluar dari pesawat satu per satu. Mereka lantas menuruni tangga pesawat.
Rombongan pertama penumpang yang dibebaskan dari pesawat Airbus A230 tersebut terdiri atas perempuan dan anak-anak. Termasuk satu-satunya bayi yang tercatat sebagai penumpang.
Proses negosiasi kembali berlangsung. Tidak lama kemudian pembajak membebaskan penumpang yang ditahan di pesawat. Dalam hitungan jam, secara bertahap, seluruh penumpang pesawat bebas.
”Pihak Afriqiyah Airways melaporkan bahwa pesawat itu mengangkut 111 orang yang terdiri atas 82 pria, 28 perempuan, dan seorang bayi,” terang Muscat.
Menurut Muscat, dua pembajak yang mengaku sebagai loyalis almarhum pemimpin Libya Moammar Kadhafi tersebut sempat menahan para kru lebih lama. Mereka berencana melarikan diri menggunakan pesawat jika negosiasi gagal. Tapi, mereka juga bisa langsung meledakkan pesawat dengan granat yang mereka bawa.
Namun, keduanya memilih menyerah.
Hadi al-Saghir, legislator yang salah seorang temannya tercatat sebagai penumpang pesawat tersebut, mengatakan bahwa dua pemuda yang membajak pesawat itu berasal dari etnis Tebu di kawasan selatan Libya. Dia juga membenarkan bahwa dua pemuda itu loyalis Kadhafi. Setelah semua penumpang turun, seorang pelaku melambai-lambaikan bendera hijau dari tangga teratas pesawat.
Bendera itu menguatkan klaim dua pembajak bahwa mereka adalah loyalis Kadhafi. Pemimpin yang mengembuskan napas terakhir setelah aksi udara Amerika Serikat (AS) pada 2011 itu memang masih sangat disegani. Belum lama ini pasukan yang mendukung pemerintahan bersatu Libya berhasil menguasai Kota Sirte. Di kota itulah ISIS berkembang dengan sangat pesat sejak Juni 2015. (afp/reuters/bbc/hep/c4/any/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mestinya di Hutan tapi Nyelonong di Bandara
Redaktur : Tim Redaksi