LSI Denny JA: Elektabilitas ASR-Hagua Tertinggi di Sultra

Rabu, 23 Oktober 2024 – 20:13 WIB
Peneliti Senior LSI Denny JA Adjie Alfaraby mengatakan pasangan Andi Sumangerukka dan Hugua (ASR-Hugua) masih unggul dibanding pesaingnya untuk Pilgub Sultra. Foto: dok LSI Denny JA

jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Senior LSI Denny JA Adjie Alfaraby mengatakan pasangan Andi Sumangerukka dan Hugua (ASR-Hugua) masih unggul dibanding pesaingnya untuk Pilgub Sulawesi Tenggara (Sultra).

Menurut Adjie, di riset yang dilakukannya terekam data dukungan masyarakat sudah mencapai 35,2 persen tergadap ASR-Hagua.

BACA JUGA: Punya Elektabilitas Tertinggi Berdasarkan Survei LSI, Pramono Bilang Begini 

"Disusul Tina Nur Alam-LM Ihsan Taufik Ridwan (Tina-Ihsan) dengan dukungan sebesar 29,5 persen, kemudian pasangan Lukman Abunawas-La Ode Ida (LA-Ida) sebesar 20 persen, dan terakhir pasangan Ruksamin-LM Sjafei Kahar (Ruksamin-Sjafei) sebesar 10.7 persen. Mereka yang belum menentukan pilihan sebesar 12 persen," ujar Adjie, Rabu (23/10).

Selain itu, Adjie mengungkapkan sebesar 94,2 persen masyarakat Sultra menyatakan sangat setuju bagi calon gubernur harus bersih dari korupsi. Hanya 2,2 persen saja yang menyatakan tidak setuju.

BACA JUGA: Beberkan Visi Misi, ASR- Hugua: Siap Melayani Masyarakat Sultra

Adjie memaparkan, di pemilih laki-laki yang menyatakan setuju pemimpin harus bersih dari korupsi sebesar 94.1 persen, dan di pemilih perempuan, mereka yang menyatakan setuju sebesar 94,3 persen.

"Di pemilih Islam mereka yang menyatakan setuju pemimpin harus bebas dari korupsi sebesar 94 persen, sementara di pemilih non Islam, mereka yang menyatakan setuju sebesar 97,6 persen," katanya.

Dari sisi pendidikan, di pemilih yang hanya lulus SD, yang menyatakan setuju pemimpin harus bersih dari isu korupsi sebesar 92 persen, sementara di kelompok terpelajar, mereka yang menyatakan setuju pemimpin harus bebas korupsi sebesar 96 persen.

Di mereka yang berpendapatan rendah, atau yang disebut sebagai wong cilik, yang setuju dengan pemimpin bersih sebesar 91,1 persen, dan di mereka yang berekonomi mapan yang setuju pemimpin harus bersih dari korupsi sebesar 96,8 persen.

"Di segmen ekonomi menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi, semakin pula persetujuan mereka bahwa pemimpin itu harus bersih dari korupsi," katanya.

LSI menemukan ada tiga alasan kriteria pemimpin yang bersih dan bebas dari korupsi menjadi pilihan masyarakat.

Alasan Pertama, mayoritas menilai bahwa kondisi ekonomi mereka tidak membaik. Mereka yang menyatakan kondisi ekonomi mereka memburuk atau stagnan totalnya sebesar 61,9 persen. Hanya sebesar 38 persen saja yang merasakan kondisi ekonominya membaik.

Memburuknya kondisi ekonomi membuat masyarakat Sultra akan makin selektif dalam memilih pemimpinnya. Berharap pemimpin baru bisa memperbaiki ekonomi.

Selanjutnya, alasan kedua, faktor korupsi dinilai sebagai faktor utama ekonomi tidak membaik. Sebesar 35,5 persen menyatakan banyaknya korupsi di pemerintahan sebagai alasan utama mengapa kondisi ekonomi mereka tidak membaik.

Selanjutnya menurut Adjie, ada juga yang menyalahkan komitmen pemerintah dalam memenuhi janjinya yaitu sebesar 24,5 persen.

"Mereka yang menyalahkan karena alasan kondisi ekonomi nasional juga memburuk sebesar 15,2 persen. Dan sebesar 7,8 persen menyatakan karena memang pemerintah tidak peduli terhadap ekonomi masyarakat," kata Adjie.

Alasan Ketiga, traumanya masyarakat Sultra atas kasus korupsi gubernur sebelumnya. Data survei menunjukan bahwa sebesar 61,8 peraeb masyarakat Sultra mengetahui bahwa Gubernur Sultra sebelumnya yaitu Nur Alam, pernah tersandung kasus korupsi yang diduga merugikan negara sebesar Rp4.3 triliun.

Kemudian dari mereka yang mengetahui kasus tersebut, sebanyak 94.1 persen mengetahui Gubernur Nur Alam pernah dipenjara karena kasus tersebut.

"Dengan kasus korupsi yang pernah menimpa gubernur Sultra sebelumnya, keinginan untuk calon gubernur yang bersih dari korupsi juga menjulang tinggi," ungkapnya.

Survei LSI Denny JA dilakukan pada 8-17 Oktober 2024, dengan 800 responden.

LSI Denny JA melakukan survei tatap muka (face to face interview) dengan menggunakan kuesioner kepada responden di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara. Sementara, margin of error survei ini sebesar 3.5 persen.(mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler