LSI Denny JA Ingatkan Pemerintah Soal Potensi Ledakan Emosi Rakyat

Jumat, 12 Juni 2020 – 18:43 WIB
Ilustrasi pekerja terkena PHK. Foto: Aristo Setiawan/JPNN.

jpnn.com, JAKARTA - Lembaga penelitian Lingkar Survei Indonesia (LSI) Danny JA mengingatkan pemerintah untuk mengantisipasi ledakan emosi masyarakat karena kecemasan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Hal ini disampaikan LSI Denny JA saat merilis hasil penelitiannya terkait kecemasan masyarakat yang mulai bergeser dari virus Covid-19 menjadi ekonomi.

BACA JUGA: 50 Persen Pasien Postif Covid-19 Masih Usia Produktif

Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar mengatakan, ancaman kelaparan dan pengangguran adalah sesuatu yang konkret dirasakan masyarakat, dan dianggap sebagai musuh yang nyata.

Sementara melawan virus bagi rakyat kebanyakan adalah musuh yang tidak kelihatan.

BACA JUGA: Awas! Ada Gejala Baru Kasus Positif Covid-19

"Mereka yang lapar, yang dihalangi kerja, tidak pula menerima bantuan sosial memadai dapat berubah menjadi mereka yang marah," kata Rully dalam keterangan yang diterima, Jumat (12/6).

Menurut dia, mereka yang marah dapat dengan mudah dipantik untuk memulai kerusuhan sosial. Krisis kesehatan menjadi krisis ekonomi dan bisa berubah menjadi krisis sosial dan politik.

BACA JUGA: Empat Penjemput Paksa Jenazah Positif Covid-19 Jadi Tersangka

"Kesulitan ekonomi publik ini perlu diantisipasi agar tak meledak menjadi kerusuhan sosial," jelas Rully.

Meski demikian, pihaknya mengingatkan, jangan karena ingin menghidupkan ekonomi, justru membahayakan kembali kesehatan masyarakat.

"Gelombang kedua virus tetap harus diwaspadai. Pembatasan sosial perlu dilakukan. Namun, dalam skala yang lebih kecil, pemerintah harus tegas membuka dan menutup kembali cluster yang rawan penyebaran. Protokol kesehatan tetap gencar diedukasi ke masyarakat, dan dikawal semua pihak," jelas dia.

Rully menyarankan pemerintah terus mengampanyekan protokol kesehatan atau adaptasi kebiasaan baru kepada masyarakat.

Rully mengharapkan sebanyak mungkin tokoh masyarakat diajak berkampanye.

Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengambil data sekunder dari lembaga-lembaga Galup Pol, yang berpusat di Amerika Serikat dan VoxPopuli Center. Dan mengambil responden sebanyak 240 yang semuanya mahasiswa. (tan/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler