JAKARTA--Dalam survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) di Januari 2011, dukungan atas Demokrat masih di angka 20,5 persen. Kini, survey Januari-Februari 2012, Demokrat ke angka 13,7 persen. Dalam waktu setahun, Demokrat turun sekitar 7 persen. Lantas bagaimana Demokrat akan merespon kasus Wisma Atlet dan menurunnya pamor secara signifikan?
LSI memetakan tiga skenario yang akan terjadi. Salah satu dari ketiga skenario ini akan terwujud, baik AU Ketua Umum PD ditetapkan sebagai tersangka atau pun tidak. "Dengan AS (Wasekjen PD) menjadi tersangka, pertentangan tiga skenario ini akan semakin keras. Tiga skenario ini dirangkum dari berbagai analisis dan prediksi dalam riset kualitatif," kata peneliti LSI, Barkah Patimahu, dalam konfrensi pers, Minggu (5/2) di Kantor LSI, Jakarta Timur.
Skenario pertama, menurut LSI, SBY dan petinggi Demokrat lain mampu meyakinkan AU untuk nonaktif secara permanen atau pun sementara sebagai Ketua Umum, walau belum ditetapkan sebagai tersangka. Ini dilakukan agar mudah bagi Demokrat untuk mengalami recovery.
Menurut LSI, untuk kepentingan Public Relation, inisiatif mundur akan keluar dari mulut AU sendiri. Agar kebijakan ini fair, LSI mengatakan, turut juga non aktifkan aneka petinggi lain yang punya masalah sama dengan AU, yakni AM, AS dan MA.
Variasi dari skenario ini, AU diminta mundur hanya jika AU menjadi tersangka yang ditetapkan KPK. "Yang diminta mundur atau yang "suka rela" non aktif hanya pertinggi Demokrat yang ditetapkan sebagai tersangka saja oleh KPK," jelas Barkah.
Ia menjelaskan skenario kedua, AU tak bersedia mundur walau ditetapkan sebagai tersangka sekalipun. Alasannya, kata dia, dengan menjadi tersangka kubu AU mengatakan belum pasti AU bersalah secara hukum. Menurutnya, kubu AU akan membuat kesan bahwa semua ini hanya permainan politik.
Ia menegaskan, kubu AU juga akan terus melawan dan mengatakan bahwa yang menyebabkan turunnya pamor Demokrat juga kinerja Presiden SBY yang tak memuaskan. Tapi, menurutnya, dalam skenario ini mereka yang anti AU, cukup kuat. "Dengan aneka gerilya, mereka melakukan Kongres Luar Biasa (KLB) dan berhasil mengganti Anas selaku Ketua Umum," ujarnya.
Skenario ketiga, menurut LSI, AU tak bersedia mundur tapi KLB sulit terlaksana. KLB tak kunjung berwujud walau gerakan anti AU menguat. Kubu AU menganggap sebaiknya AU menghadapi kasus hukumnya tetap sebagai Ketua Umum Demokrat. Menurut LSI, Sekali ia tak lagi menjabat, AU akan semakin mudah dijaring oleh KPK. Keyakinan ini, menurut LSI, yang membuat kubu AU mati-matian membela AU agar tak mundur sebagai Ketua Umum. "Walau ditetapkan sebagai tersangka sekalipun," imbuh Barkah.
Menurutnya, skenario ketiga ini hanya terjadi jika pendukung AU masih mengakar. Apalagi, kata dia, jika kubu AU memiliki "kartu truf" rahasia lain Partai Demokrat yang "berbahaya". "Jika diganggu, mereka mengancam membuka kartu truf itu. Demokrat diancam akan semakin terpuruk," tegasnya.
"Kita belum bisa memprediksi yang mana dari tiga skenario itu akan terjadi. Yang bisa kita prediksi, semakin kasus Wisma Atlet menjerat petinggi Demokrat, semakin konflik internal Demokrat tak tuntas merespon kasus Wisma Atlet, semakin terkesan Demokrat setengah hati berjuang menumpas korupsi, semakin Demokrat akan terpuruk," tambah Barkah.
Lebih jauh dia menegaskan, hanya butuh satu "Gatot Kaca" (SBY) untuk membuat Demokrat naik tahta. Namun, tegasnya, butuh "Pandawa Lima" yakni M. Nazarudin, AU, AM, AS dan MA, untuk membuat Demokrat turun tahta. "Dua dari "Pandawa Lima" itu sudah menjadi tersangka. Jika semakin banyak dari "Pandawa Lima" menjadi tersangka, Demokrat semakin terpuruk," pungkasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Minta Tak Ada Gerakan KLB
Redaktur : Tim Redaksi