jpnn.com - BERLIN – Thor menjadi pusat perhatian dalam International Aerospace Exhibition and Air Show yang berlangsung di Berlin, Jerman, 1–4 Juni lalu. Thor bukanlah model cantik yang mempresentasikan salah satu produk dari produsen pesawat.
Thor adalah pesawat buatan Airbus yang dibuat dengan mesin printer 3D. Sama seperti pesawat pada umumnya, Thor juga bisa terbang, namun tanpa awak. Ini merupakan pesawat pertama yang dibuat dari mesin printer 3D.
BACA JUGA: Luhut: Pertahanan Cyber Indonesia Lemah
’’Ini adalah tes atas kemungkinan hal-hal yang bisa dibuat dengan teknologi printer 3D,’’ ujar pengembang Thor, Detlev Konigorski.
Pesawat tersebut tidak memiliki jendela dan hanya berbobot 21 kilogram dengan panjang kurang dari 4 meter. Kecuali bagian listrik di dalamnya, seluruh perangkat di Thor terbuat dari poliamid yang dicetak dari printer 3D.
BACA JUGA: Printer Foto Epson L805, Bisa Cetak dari Perangkat Mobile
Thor bisa terbang dan sangat stabil. Bagi Airbus, pesawat jenis propeler itu adalah pionir untuk masa depan dunia penerbangan. Sebab, jika bisa digunakan dalam skala besar, teknologi printer 3D tersebut menjanjikan penghematan waktu, bahan bakar, dan uang jika dibandingkan dengan pembuatan pesawat secara konvensional.
Sebab, pesawat jet yang lebih ringan jelas membutuhkan bahan bakar yang lebih sedikit. ’’Kami ingin melihat apakah kami bisa mempercepat pembuatan pesawat dengan menggunakan printer 3D untuk seluruh sistem,’’ terang Konigorski.
BACA JUGA: Vivo Luncurkan Dua Smartphone Serba Cepat
Selama ini, teknologi printer 3D sudah digunakan dalam dunia penerbangan. Airbus dan Boeing menggunakannya untuk membuat beberapa bagian dalam pesawat jet komersial mereka yang berukuran paling besar. Yaitu, Airbus A350 dan B787 Dreamliner milik Boeing.
Direktur Hofmann Innovation Group Jens Henzler mengungkapkan, mencetak bagian-bagian pesawat dengan printer 3D memang memiliki banyak keuntungan.
Selain pembuatannya cepat, tidak butuh alat khusus, kecuali si printer 3D. Bagian pesawat dari logam yang juga dicetak dengan printer 3D lebih ringan 30–50 persen daripada metode konvensional. Kelebihan lainnya adalah tidak adanya sampah industri.
Selain pesawat komersial, saat ini para peneliti mendalami penggunaan teknologi printer 3D untuk membuat pesawat luar angkasa. Beberapa bagian dari roket Ariane 6 milik badan luar angkasa Eropa ESA direncanakan dicetak dengan printer 3D.
Roket itu akan diluncurkan pada 2020. Dengan teknologi 3D tersebut, pembuatan Ariane 6 diperkirakan membutuhkan biaya separo dari pembuatan Ariane 5. (AFP/sha/c23/kim/dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kabar Gembira Bagi Penggemar Smartphone Premium LG
Redaktur : Tim Redaksi